The Hybrid Student – Gunawan Yasni (Muslim Ghafarrah)
“Allah telah menurunkan perkataan yang baik (Al Qur’an) yang serupa lagi berulang-ulang. Bergetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.” Q.S. Az Zumar (39) : 23.
Dalam Islamic Base Defensive Art (IBDA), kompilasi latihan-latihan dari Physical & Metaphysical Self Defence (Bela Diri Fisik dan Metafisik) ditujukan untuk selalu mengacu kepada ke-tauhid-an akan ke-esa-an Allah SWT sebagai sumber kebenaran sesungguhnya dengan memperhatikan cara-cara Rasulullah SAW berolah raga dan berolah jiwa dalam hidup sehatnya. Salah satu cara utamanya adalah melakukan sinkronisasi gerakan-gerakan tertentu sambil senantiasa mengingat Allah sebagaimana yang telah Allah katakan dalam Surah Az Zumar. Dengan demikian praktisi IBDA dapat mengharapkan keridhaan Allah SWT dan senantiasa berada dalam kekuatan yang benar-benar dari Allah SWT yaitu Al Kuwwah Al Ilaahiyah. Dalam Surah Az Zumar, Al Kuwwah Al Ilaahiyah berbentuk getaran yang mendorong kita mencapai kualitas energy positif yang lebih tinggi. Getarannya cenderung lembut, dengan frekwensi getaran yang sangat tinggi dan teratur, sehingga membuat hati/qolbu kita lembut dan kelembutan qolbu menghasilkan serta meneruskan frekwensi yang semakin lama semakin tinggi yang tidak saja bisa memancarkan gelombang panas, radio, elektromagnetik atau lainnya, namun juga gelombang cahaya yang dikenal manusia mempunyai frekwensi tertinggi yaitu 1014.
Ini artinya bahwa praktisi IBDA yang qolbunya lembut bisa menghasilkan frekwensi yang tinggi yang menghasilkan gelombang cahaya di qolbunya dan kompilasi latihan-latihan bela diri fisik dan metafisiknya akan membuat jiwanya dan tubuhnya mampu tergetarkan, bahkan terefleksikan dengan keluarnya cahaya atau aura yang jernih. Aura itu akan mempengaruhi orang-orang bahkan alam lingkungan sekitarnya. Diamnya praktisi IBDA yang shalih, ikhlas, jujur dan sabar semacam ini saja sudah dapat membawa ketenangan kepada orang-orang dan lingkungan sekitarnya, bayangkan apa yang bisa dia lakukan dengan kebijakannya, nasihatnya, bergeraknya, kekuatannya untuk membangun hal-hal yang baik dan terkadang menghancurkan hal-hal yang buruk terhadap orang-orang dan lingkungan sekitarnya. Praktisi IBDA bukan cuma sekedar martial artist atau seorang ahli bela diri tapi lebih sebagai sumber daya insani yang mampu menjadi pembuka bagi orang lain dan alam sekitarnya dalam memperoleh penyelarasan dan pemberdayaan dalam hidup untuk mencari Ridha Allah SWT. Kekuatan membangunnya akan lebih dominan dibandingkan kekuatan menghancurkannya sesuai dengan bilangan 99 sifat-sifat Allah SWT dalam skala kecil/manusiawi. Ia akan menjadi sumber daya insani yang mempunyai andil positif terhadap unsur-unsur di alam semesta secara makrokosmos menurut ilmu yang dimilikinya untuk menghasilkan kekuatan-kekuatan positif tertentu dengan juga mengolah unsur-unsur dalam dirinya secara mikrokosmos untuk menghasilkan kekuatan-kekuatan positif tertentu.
Seorang praktisi IBDA menyadari dan menghayati bahwa dalam kosmologi Islam, jiwanya adalah penghubung antara ruh di dalam qolbu dan badannya. Artinya jiwa adalah wadah untuk mentransformasikan energy menjadi bentuk dan rasa. Bahwa secara garis besar, alam semesta (makrokosmos) dan dirinya (mikrokosmos) adalah serupa. Jiwanya adalah penghubung antara ruh dalam qolbu dan alam jasmani. Melalui jiwa inilah Al Kuwwah Al Ilaahiyah masuk memperkuat dan memenangkan ruh praktisi IBDA yang senantiasa mensucikan jiwanya dengan mengingat Allah SWT, sebagaimana Allah berfirman; ”Demi jiwa dan penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungduhnya merugilah orang yang mengotorinya.” Q.S. Asy Syams (91) : 7-10.
Pendapat sufi Ibnu Arabi berikut ini lebih detil menggambarkan hubungan antara makrokosmos-mikrokosmos; ” Seluruh kosmos adalah diferensiasi Adam/manusia, sementara Adam merupakan buku yang sangat komprehensif. Dalam kaitannya dengan kosmos, dia seperti ruh dalam hubungannya dengan tubuh. Namun jika melihat kosmos sendirian tanpa manusia di dalamnya, maka seperti menemukan tubuh yang berbentuk tanpa ruh.”
Jiwa menjadi satu elemen yang menentukan kemenangan ruh manusia yang mengejawantah dalam tubuh (mikrokosmos) bahkan alam semesta (makrokosmos) yang dalam hal ini adalah manusia-manusia lain dan alam semesta di sekitarnya. Kunci menggerakkan jiwa yang suci adalah dengan senatiasa menghadirkan semangat yang ikhlas.
Ada satu phrase dalam bible yang cukup sering dikutip; “In the absence of light, darkness comes – Dalam ketiadaan cahaya, kegelapan datang.” Al Kuwwah Al Ilaahiyah adalah cahaya. Ketiadaan cahaya akan mengakibatkan Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah datang. Agar Al Kuwwah Al Ilaahiyah yang masuk memperkuat ruh praktisi IBDA, maka jiwanya harus senantiasa disucikan melalui kehadiran semangat yang ikhlas dengan melakukan latihan-latihan Bela Diri Fisik dan Metafisik.
Dalam latihan-latihan beladiri jepang atau cina kita mengenal simpul-simpul/pusat-pusat energy seperti hara, kime atau tan tien yang diupayakan dibersihkan agar jiwa dengan kehadiran semangat lebih mudah dalam menggerakkan tubuh untuk mengejawantahkan kekuatan-kekuatan tertentu. Begitu juga di dalam yoga, kita mengenal simpul/pusat energy kundalini yang dapat menghantar kepada kepribadian agung praktisinya. Perlu diingat bagi seorang praktisi beladiri atau yoga yang ingin menjadi praktisi IBDA, bahwa simpul-simpul/pusat-pusat energy tersebut hanyalah “interface” bagi jiwa untuk mengejawantahkan kekuatannya dengan kehadiran semangat. Tanpa tauhid yang benar, latihan-latihan beladiri atau yoga tersebut belum tentu membersihkan jiwa apalagi menguatkan ruh sebagaimana yang Allah sudah katakan dalam Surah Az Zumar sebelumnya, karena Allah mengilhamkan kepada jiwa itu 2 jalan yaitu kefasikan dan ketakwaan sebagaimana yang disampaikanNya dalam Surah Asy Syams. Berlatih beladiri atau yoga tanpa tauhid yang benar dengan senantiasa mengingat Allah SWT akan membuka simpul-simpul/pusat-pusat energy sebagai tempat masuknya energy selain Al Kuwwah Al Ilaahiyah.
Dengan IBDA diharapkan sumber daya insani terlatih untuk menjadi orang-orang yang senantiasa mengingat Allah dalam bernapas, diam atau bergeraknya dan senantiasa memikirkan kejadian penciptaan alam dan dirinya, sebagaimana petikan Surah Ali Imran (3) : 190-191 yang mengatakan:
”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.