The Doctor – Zainul Yasni (Muslim Ghafarrah)
Dengan Case Study: Sulawesi Selatan
Dissertasi – Untuk mentjapai gelar doctor dalam Ilmu Ekonomi pada Universitas Hasanuddin di Makassar, atas kuasa Rektor Letkol. Dr. M. Natzir Said S.H.
Dibela dimuka umum dalam gedung Universitas Hasanuddin pada tanggal 26 Pebruari 1968 pukul 9 pagi.
Motto: Menudju pelaksanaan prinsip ekonomi dalam membangun ekonomi Rakjat dan Negara.
– (Mohammad Hatta)
Berpangkal pada tani dan desa
Berkembang dalam industri dan mesin
Berudjung dalam masjarakat Adil dan Makmur
Berdasar Pantja Sila, dalam ampunan Tuhan Jang Maha Esa
– (Crash Program Pangan Sulawesi Selatan)
Untuk: Ibunda, Ajahanda, Istriku An, Anak-anakku Jus, Eddy, Enny, Wati, Hasanuddin, Ina, dan Rita jang kutjintai.
Pengantar
Perdjuangan memperoleh kemerdekaan mengalahkan pendjadjahan dan perdjuangan mengisi kemerdekaan mengalahkan kemiskinan, telah menempatkan para sardjana kepada bidang tugas penting, jaitu lapangan pengabdian masjarakat, disamping tugas ilmijah dan pembinaan karakter generasi baru Indonesia.
Selama 6 1/2 tahun membantu pimpinan daerah Sulawesi Selatan dalam bidang ekonomi dan pembangunan, disamping mengadjar di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, maka uasaha pengabdian itu telah pula merupakan lapangan field research jang sangat menarik dan jang sangat memberikan suatu gairah jang jauh berbeda dengan gairahnja suatu library research dari latji-latji dan lemari perpustakaan. Disini ,,perpustakaan”-nja adalah: alam, ternak dilapangan hidjau, padi disawah, hutan ikan, sungai dan laut serta manusia jang mentjari hidup diatasnja.
thesis jang dikemukakan ini adalah terutama hasil dari pengalaman dan penjelidikan ditempat (on the spot-experiences dan field research) jang demikian itu. -Djakarta, awal tahun 1968-
Pendahuluan
Swadaja adalah kata sanskrit jang berarti oto-aktivita, jaitu kegiatan produk-kreatif jang timbul dari semangat dan kemauan jang datang dari dalam diri seseorang atau berupa konsensus didalam pergaulan sekumpulan orang atau suatu daerah, didorong terutama oleh kesadaran ekonomis akan kebutuhan hidup.
Dengan demikian swadaja itu mungkin timbul dari perorangan ataupun organisasi. *)-Swadaja berbeda dengan swasembada, jang berarti serba tjukup sendiri (selfsufficiency) dan mendekati pengertian autarki-(*
Terasanja kebutuhan itu ditentukan tidak sadja oleh hal-hal jang datang dari dalam, tetapi banjak pula dipengaruhi oleh semangat dan keadaan disekitarnja, termasuk rentjana-rentjana umum jang ditetapkan oleh pimpinan masjarakat (pemerintah, wibawa pimpinan dan lembaga-lembaga jang dapat mempengaruhi tindakan-tindakan masjarakat).
Dengan demikian, maka swadaja itu pada hakekatnja bukanlah tindakan sepihak dari orang atau kumpulan maupun satuan daerah tadi. Dia sebenarnja merupakan synthese jang terpadu setelah mengalami ,,pergolakan” antara kemauan sendiri atau kumpulan dengan kehendak serta daja tolak dan tarik jang datang dari luar.
Dalam pada itu, pimpinan masjarakat dengan tindakannja setjara swadaja dapat memantjing timbulnja swadaja-swadaja dalam masjarakat dan dapat pula melingkarinja dengan berbagai tjara incentive dan dis-incentive, bimbingan serta pengarah-an kegiatan, demikian rupa sehingga swadaja jang timbul itu merupakan kegiatan produktif-kreatif jang terpadu dari unsur-unsur individualita dan unsur-unsur kollektivita. Disini hak kebebasan asasi bertaut dengan hak kedaulatan kollektif!
Ekonomi-swadaja, ialah semangat dan pembawaan membangun ekonomi berdasarkan djiwa seperti jang tersebut diatas. Intinja terletak dalam proces ,,tantangan dan sambutannja” (challenge and response) jang setjara praktis ditimbulkan, dibimbing dan diarahkan menudju tingkat kegiatan ekonomi jang lebih tinggi dengan bertitik berat kepada swadaja.
Ia dapat merupakan landasan pokok (guiding principle) tentang tjara membangun, meskipun ia bukan sistim pada dirinja. Ibarat orang menembak, istilah ini tidak bermaksud menundjukkan sistim dan teori menembak, tetapi hendaknja ia pertama-tama mendjadi sumber semangat dan landasan sikap mental sipenembak (the man behind the gun), jang dengan sendirinja tentu akan berkesan pula dalam pembentukan dan pembinaan sistim dan tjara-tjara pembangunan. Akan tetapi sistim ekonomi Indonesia jang hendak kita bina, – jakni bukan totaliter komunis dan bukan pula liberal kapitalis -, hanja akan dapat tumbuh, berkembang dan berakar, manakala ia didasarkan atas semangat dan pembawaan ekonomi swadaja jang demikian itu.
Selandjutnja pula dikatakan, bahwa ekonomi swadaja adalah intisari dari demokrasi ekonomi dan kepribadian Pantja Sila jang berlandaskan kebebasan dan keter-arah-an menurut suatu konsensus jang ditetapkan dengan musjawarah bersama. Tiap tindakan ekonomi dan sosial berdasar swadaja jang dengan bidjaksana diarahkan itu tentu akan dilakukan dengan rasa tanggung djawab kepada diri, masjarakat dan Tuhan Jang Maha Esa.
Swadaja jang berkembang adalah pertanda bagi dihormatinja hak-hak asasi manusia dan terlaksananja djaminan hukum bagi milik dan usaha, baik perorangan maupun persekutuan. Bakat dan kesanggupan dapat berkembang. Agama dan kepertjajaan dapat diamalkan. Semuanja itu dalam rangka kerukunan dan toleransi hidup bersama sebangsa dan setanah air, dibawah bimbingan suatu pemerintah pilihan rakjat jang berwibawa dan tjakap serta tangkas dalam menindak unsur-unsur perusak masjarakat. Tanpa iklim jang demikian swadaja tidak akan tumbuh, apalagi akan berkembang!
Dan atas dasar itu pulalah mudah kiranja dipahamkan, bahwa ekonomi swadaja itu bertolak belakang dengan sentralisme ekonomi totaliter, baik fascis ataupun militaris, apalagi komunis!
sedjalan dengan itu,dalam Ketetapan No. XXI tahun 1966, MPRS telah memutuskan untuk memenuhi tuntutan hatinurani daerah dengan memberikan ,,otonomi seluas-luasnja kepada daerah dengan menjerahkan semua urusan kepada daerah berikut semua aparatur dan keuangannja, ketjuali hal-hal bersifat nasional jang akan diatur dan ditentukan dengan undang-undang”.
ketetapan itu mendjelaskan pula, bahwa jang ditudju dengan otonomi luas ialah ,,pendewasaan daerah menudju swadaja dan swasembada dalam segala bidang”, ,,sehingga akan lebih tjepat pula tertjapainja masjarakat Sosialis Pantja Sila”.
Oleh karena bidang ekonomi merupakan bidang jang penting sekali dalam pembangunan, maka kiranja tidaklah akan berkelebihan apabila dikatakan, bahwa sebenarnya ekonomi-swadaja adalah mahkota dari otonomi luas itu!
Demikian ekonomi-swadaja itu selaku landasan pokok dalam menggerakkan pembangunan, dengan sendirinja mempunyai implikasi dalam kebidjaksanaan dan tjara-tjara membangun, guna mentjapai hasil jang sebesar-besarnja dengan biaja sedikit-dikitnja dalam rangka mempertinggi tingkat kemakmuran Bangsa. Hal ini jang hendak didjeladjahi dan hendak kami kemukakan dalam keseluruhan buku ini.
Kami mengambil Sulawesi Selatan sebagai case study dan sebagai arena tempat membuktikan kejakinan kami, adalah karena berpengalaman disamping sebagai Dosen Fakultas Ekonomi Hasanuddin, selama 6 1/2 tahun membantu sekuat tenaga pimpinan masjarakat daerah itu dibidang ekonomi dan pembangunan jang notabene banjak sekali digerakkan dengan membangkitkan dasar-dasar dan semangat swadaja tersebut. Dengan demikian maka kesimpulan-kesimpulan dan thesis jang dikemukakan diperoleh dengan tjara induksi dan pragmatis serta disoroti dengan alam pikiran deduksi dan teori.
kami jakin, bahwa didalam ekonomi-swadaja sebagai landasan pokok jang dikemukakan untuk membangun Sulawesi Selatan itu, banjak terdapat unsur-unsur jang bernilai umum dan dapat digunakan djuga didaerah-daerah lain dalam rangka pembangunan nasional. Tentu Sadja dengan beberapa modifikasi jang bersifat operasionil sesuai dengan kondisi disana, guna mentjapai effisiensi jang sebesar-besarnja.
Inilah sebab-sebab terpenting jang menjebabkan kami memakai istilah ,,Ekonomi Swadaja” untuk djudul dissertasi ini atas dasar kejakinan, bahwa kuntji utama dalam mentjapai tjita-tjita kemakmuran rakjat dalam masjarakat Adil Makmur jang diidam-idamkan itu, untuk bahagian jang integral terletak pada berhasil tidaknja kita mentjiptakan iklim jang serasi guna dapat membangkitkan, memupuk dan membimbing swadaja masjarakat.
Pidato Pelantikan
Oleh
Promotor Prof. Dr. Mohammad Hatta
Setelah Rektor Universitas Hasanuddin Letkol. Dr. Mohd. Natzir Said S.H menjatakan, bahwa thesis jang dikemukakan promovendus dalam dissertasinja dengan memuaskan diterima oleh Senat dan karena itu promovendus berhak memakai gelar Doctor dalam Ilmu Ekonomi sesuai dengan peraturan dan undang-undang pendidikan negara, maka Promotor mengutjapkan pidato pelantikan jang diikuti dengan chidmat oleh promovendus dan hadirin.
Promotor Prof. Dr. Mohammad Hatta berkata dalam pidato pelantikannja sebagai berikut:
,,Sdr. Zainul Jasni setelah menamatkan studinja pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia di Djakarta tahun 1959, telah bekerdja sebagai dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar. Selama bertahun-tahun menjadi dosen itu ia telah pula mendarma-baktikan tenaganja untuk membantu Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan dengan sekuat tenaganja dibidang pembangunan daerah jang memakan bahagian besar dari waktu dan kegiatannja untuk kepentingan daerah ini.
Dengan sendjata ilmu jang ada padanja, pengabdiannja itu telah memungkinnja untuk memberikan sumbangannja itu dengan tjara jang dapat dipertanggungdjawabkan dari sudut ekonomi. Ia melihat alam dan liku-liku kenjataan hidup di daerah Sulawesi Selatan. Pengalaman itu membawanja kepada field research bertahun-tahun dan dari research itu lahir dissertasinja jang berdjudul: ,,Ekonomi Swadaja”, suatu case study: Sulawesi Selatan. Research dan pengalamannja itu telah membawannja kepada kejakinan ekonomi, bahwa pada swadaja jang berkembang dan dibimbing, terletak pangkal tolak jang sehat bagi pembangunan. Dissertasinja itu telah dibelanja pada hari ini dan hasilnya telah memberikannja hak memakai gelar Doctor dalam Ilmu Ekonomi sesuai dengan undang-undang dan peraturan-peraturan negara jang berlaku.
Selandjutnja saja minta agar Dr. Zainul Jasni meneruskan pengabdiannja itu dimanapun ia berada dan hendaknja sering pula menulis didalam atau diluar negeri, agar sari pengalaman dan pengetahuannja itu, jang langsung mengenai perbaikan nasib rakjat banjak, dapat kiranja dimanfaatkan untuk Negara dan Bangsa.
Dalam praktek dapat dirasakan perbedaan teori dan praktek. Ilmu Ekonomi mengupas masalahnja lepas dari ruang dan waktu. Dalam praktek dihadapi pengaruh ruang dan waktu itu jang tidak sedikit atas kongkritisasi dari pada kategori ekonomi. Disini sardjana ekonomi beladjar mengetahui batas-batas pelaksanaan teori ekonomi dalam praktek.
Bolehlah saja sekarang sebagai orang jang pertama memberi selamat kepada sdr. Dr. Zainul Jasni …….”.