Another loyal reader / critic of MGY – Sang Penatap Matahari [The Sun Gazer]


Tak bosan berpesan, walau sesungguhnya alam pikiran sudah mapan, jika saja dia hanya berpikir untuk diri sendiri, maka tak perlu lagi membuang energi untuk membagi..

Tak ragu mengkritisi, cerdas memilih diksi, bahasanya lugas, namun balutannya halus, membuat kita tak merasa terhakimi.

Yang terpenting adalah, dia hanya fokus pada memperbaiki diri, jika ada orang lain yang terwarnai, itu hanya bonus. Dia sibuk melihat kekurangan untuk melakukan perbaikan.

Dia memang terlahir sudah dengan misi mulia, sekaligus dengan beban berat di pundak..

Ketika di-challenge oleh salah satu pejabat di perusahaan tempat dia pernah bekerja dulu, bahwa dia punya potensi melimpah untuk jadi YANG TERBAIK, dia hanya menjawab, "biarlah saya jadi yang unik, bukan yang terbaik" pada akhirnya memang yang unik sudah tak perlu mencari kemenangan lagi, dia sudah menang dengan sendirinya, tanpa mengalahkan..

Mungkin lebih tepat disebut bermental pejuang-pembaharu, daripada sekedar bermental pemenang. Pejuang-pembaharu, sudah menang, tanpa menciptakan pecundang..

Itulah Mogayer Gamil Yahya yang saya baca dari Novel Sun Gazer Penatap Matahari…

Itulah sang penulis, yang berbaik hati membagi sekelumit kisah hidup dan secuplik prinsip2 hidupnya kepada kita.

Seperti Matahari, yang ditatapnya, tak lelah menyinari, memberi walau kemarin sudah menutup senja.

Novel Sang Penatap Matahari, kubawa kau ke sini, seperti ke banyak tempat, untuk introspeksi, sebagai pengingat…

Jazaakallaah, Pak Muhammad Gunawan Yasni.