1

The Origin Of The True Energy

The Hybrid Student – Gunawan Yasni (Muslim Ghafarrah)

“Allah telah menurunkan perkataan yang baik (Al Qur’an) yang serupa lagi berulang-ulang. Bergetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.” Q.S. Az Zumar (39) : 23.

IMG00158-20101223-1252Dalam Islamic Base Defensive Art (IBDA), kompilasi latihan-latihan dari Physical & Metaphysical Self Defence (Bela Diri Fisik dan Metafisik) ditujukan untuk selalu mengacu kepada ke-tauhid-an akan ke-esa-an Allah SWT sebagai sumber kebenaran sesungguhnya dengan memperhatikan cara-cara Rasulullah SAW berolah raga dan berolah jiwa dalam hidup sehatnya. Salah satu cara utamanya adalah melakukan sinkronisasi gerakan-gerakan tertentu sambil senantiasa mengingat Allah sebagaimana yang telah Allah katakan dalam Surah Az Zumar. Dengan demikian praktisi IBDA dapat mengharapkan keridhaan Allah SWT dan senantiasa berada dalam kekuatan yang benar-benar dari Allah SWT yaitu Al Kuwwah Al Ilaahiyah. Dalam Surah Az Zumar, Al Kuwwah Al Ilaahiyah berbentuk getaran yang mendorong kita mencapai kualitas energy positif yang lebih tinggi. Getarannya cenderung lembut, dengan frekwensi getaran yang sangat tinggi dan teratur, sehingga membuat hati/qolbu kita lembut dan kelembutan qolbu menghasilkan serta meneruskan frekwensi yang semakin lama semakin tinggi yang tidak saja bisa memancarkan gelombang panas, radio, elektromagnetik atau lainnya, namun juga gelombang cahaya yang dikenal manusia mempunyai frekwensi tertinggi yaitu 1014.

Ini artinya bahwa praktisi IBDA yang qolbunya lembut bisa menghasilkan frekwensi yang tinggi yang menghasilkan gelombang cahaya di qolbunya dan kompilasi latihan-latihan bela diri fisik dan metafisiknya akan membuat jiwanya dan tubuhnya mampu tergetarkan, bahkan terefleksikan dengan keluarnya cahaya atau aura yang jernih. Aura itu akan mempengaruhi orang-orang bahkan alam lingkungan sekitarnya. Diamnya praktisi IBDA yang shalih, ikhlas, jujur dan sabar semacam ini saja sudah dapat membawa ketenangan kepada orang-orang dan lingkungan sekitarnya, bayangkan apa yang bisa dia lakukan dengan kebijakannya, nasihatnya, bergeraknya, kekuatannya untuk membangun hal-hal yang baik dan terkadang menghancurkan hal-hal yang buruk terhadap orang-orang dan lingkungan sekitarnya. Praktisi IBDA bukan cuma sekedar martial artist atau seorang ahli bela diri tapi lebih sebagai sumber daya insani yang mampu menjadi pembuka bagi orang lain dan alam sekitarnya dalam memperoleh penyelarasan dan pemberdayaan dalam hidup untuk mencari Ridha Allah SWT. Kekuatan membangunnya akan lebih dominan dibandingkan kekuatan menghancurkannya sesuai dengan bilangan 99 sifat-sifat Allah SWT dalam skala kecil/manusiawi. Ia akan menjadi sumber daya insani yang mempunyai andil positif terhadap unsur-unsur di alam semesta secara makrokosmos menurut ilmu yang dimilikinya untuk menghasilkan kekuatan-kekuatan positif tertentu dengan juga mengolah unsur-unsur dalam dirinya secara mikrokosmos untuk menghasilkan kekuatan-kekuatan positif tertentu.

Seorang praktisi IBDA menyadari dan menghayati bahwa dalam kosmologi Islam, jiwanya adalah penghubung antara ruh di dalam qolbu dan badannya. Artinya jiwa adalah wadah untuk mentransformasikan energy menjadi bentuk dan rasa. Bahwa secara garis besar, alam semesta (makrokosmos) dan dirinya (mikrokosmos) adalah serupa. Jiwanya adalah penghubung antara ruh dalam qolbu dan alam jasmani. Melalui jiwa inilah Al Kuwwah Al Ilaahiyah masuk memperkuat dan memenangkan ruh praktisi IBDA yang senantiasa mensucikan jiwanya dengan mengingat Allah SWT, sebagaimana Allah berfirman; ”Demi jiwa dan penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungduhnya merugilah orang yang mengotorinya.” Q.S. Asy Syams (91) : 7-10.

Pendapat sufi Ibnu Arabi berikut ini lebih detil menggambarkan hubungan antara makrokosmos-mikrokosmos; ” Seluruh kosmos adalah diferensiasi Adam/manusia, sementara Adam merupakan buku yang sangat komprehensif. Dalam kaitannya dengan kosmos, dia seperti ruh dalam hubungannya dengan tubuh. Namun jika melihat kosmos sendirian tanpa manusia di dalamnya, maka seperti menemukan tubuh yang berbentuk tanpa ruh.”

Jiwa menjadi satu elemen yang menentukan kemenangan ruh manusia yang mengejawantah dalam tubuh (mikrokosmos) bahkan alam semesta (makrokosmos) yang dalam hal ini adalah manusia-manusia lain dan alam semesta di sekitarnya. Kunci menggerakkan jiwa yang suci adalah dengan senatiasa menghadirkan semangat yang ikhlas.

Ada satu phrase dalam bible yang cukup sering dikutip; “In the absence of light, darkness comes – Dalam ketiadaan cahaya, kegelapan datang.” Al Kuwwah Al Ilaahiyah adalah cahaya. Ketiadaan cahaya akan mengakibatkan Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah datang. Agar Al Kuwwah Al Ilaahiyah yang masuk memperkuat ruh praktisi IBDA, maka jiwanya harus senantiasa disucikan melalui kehadiran semangat yang ikhlas dengan melakukan latihan-latihan Bela Diri Fisik dan Metafisik.

Dalam latihan-latihan beladiri jepang atau cina kita mengenal simpul-simpul/pusat-pusat energy seperti hara, kime atau tan tien yang diupayakan dibersihkan agar jiwa dengan kehadiran semangat lebih mudah dalam menggerakkan tubuh untuk mengejawantahkan kekuatan-kekuatan tertentu. Begitu juga di dalam yoga, kita mengenal simpul/pusat energy kundalini yang dapat menghantar kepada kepribadian agung praktisinya. Perlu diingat bagi seorang praktisi beladiri atau yoga yang ingin menjadi praktisi IBDA, bahwa simpul-simpul/pusat-pusat energy tersebut hanyalah “interface” bagi jiwa untuk mengejawantahkan kekuatannya dengan kehadiran semangat. Tanpa tauhid yang benar, latihan-latihan beladiri atau yoga tersebut belum tentu membersihkan jiwa apalagi menguatkan ruh sebagaimana yang Allah sudah katakan dalam Surah Az Zumar sebelumnya, karena Allah mengilhamkan kepada jiwa itu 2 jalan yaitu kefasikan dan ketakwaan sebagaimana yang disampaikanNya dalam Surah Asy Syams. Berlatih beladiri atau yoga tanpa tauhid yang benar dengan senantiasa mengingat Allah SWT akan membuka simpul-simpul/pusat-pusat energy sebagai tempat masuknya energy selain Al Kuwwah Al Ilaahiyah.

Dengan IBDA diharapkan sumber daya insani terlatih untuk menjadi orang-orang yang senantiasa mengingat Allah dalam bernapas, diam atau bergeraknya dan senantiasa memikirkan kejadian penciptaan alam dan dirinya, sebagaimana petikan Surah Ali Imran (3) : 190-191 yang mengatakan:
”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.




The Hybrid Student – Gunawan Yasni

Muhammad Gunawan Yasni, SE.Ak., MM, CIFA, FIIS

IMG00101-20120429-1534Born on September 17, 1969, Gunawan Yasni is member of National Sharia Board – Indonesian Council of Ulemas (MUI) and member of sharia supervisory / advisory board in several financial institutions. He has actively promoted sharia venture capital and sharia commercial papers in relations to mutual fund, in his previous post at Bahana Group. Iwan is active as consultant and senior lecturer in economics and sharia finance for several financial institutions, as well as educational institutions (Post Graduate). He has Investment Manager, Underwriter & Broker-Dealer Licences.

He is also a frequently quoted source in national media, both print and broadcast, as well as a published writer of topics related to economics and sharia finance. Several print and broadcast medias which have published, interviewed and / or made him regular contributor include Harian Republika, Harian Bisnis Indonesia, Harian Investor, Majalah Modal, Majalah Swa, Majalah Az Zikra, Metro TV, SCTV, TVRI and others. He has been co host of Sharia Economics Dialogue TVRI as well as host of Spiritual CEO TV One and Spiritual Executive 1 Metro TV. He has also been in many local as well as international conferences and trainings as speakers as well as trainers.

Gunawan graduated in Accounting from University of Indonesia, and obtained his Master Degree (Magister Management) in Finance from Prasetiya Mulya. He also obtained certification as Certified Islamic Financial Analyst from the Graduate Program in Middle East and Islamic Studies, University of  Indonesia. At present, he is member of senior lecture staff at the same institution, where he teaches sharia economics and finance. His sharia bilingual pocket book titled Sharia Economics & Finance: A Short Treatise & Its Application has been published. His 2nd book is Ekonomi Sufistik. Sharia Investment is his 3rd book. His 4th book Brief Thought on Islamic Finance is a trilingual book (English-Indonesian-Arabic).He is a Fellow of Islamic Insurance Society (FIIS) and holder of Advanced Level (Level IV) Banking Risk Management Certification.

Lahir pada 17 September 1969, Gunawan Yasni adalah anggota Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan anggota Dewan Pengawas / Penasehat Syariah di beberapa lembaga keuangan. Aktif mempromosikan modal ventura syariah dan instrumen keuangan komersial syariah dalam kaitannya dengan reksa dana, pada saat bekerja di Bahana Group. Iwan aktif sebagai konsultan dan pengajar senior dalam ekonomi dan keuangan syariah untuk beberapa institusi keuangan, sebagaimana untuk institusi pendidikan (Pasca Sarjana). Memiliki izin Bapepam sebagai Investment Manager, Underwriter & Broker-Dealer.

Sering menjadi narasumber dalam media nasional, cetak maupun elektronik sebagaimana penulis yang cukup dikenal untuk topik-topik berkaitan dengan ekonomi dan keuangan syariah. Beberapa media cetak dan elektronik yang telah mempublikasikan, menginterview dan / atau menjadikannya kontributor tetap antara lain Harian Republika, Harian Bisnis Indonesia, Harian Investor, Majalah Modal, Majalah Swa, Majalah Az Zikra, Metro TV, SCTV, TVRI dan lainnya. Dia adalah co host untuk Dialog Ekonomi Syariah TVRI sebagaimana host untuk Spiritual CEO TV One dan Spiritual Executive 1 Metro TV. Dia adalah juga pembicara dan instruktur dalam banyak seminar dan pelatihan lokal maupun internasional.

Gunawan lulus dari Fakultas Ekonomi dan menyandang predikat Akuntan dari Universitas Indonesia, dan memperoleh gelar Magister Management Keuangan dari Prasetiya Mulya. Dia juga memiliki sertifikasi sebagai Certified Islamic Financial Analyst dari Pasca Sarjana Kajian Timur Tengah & Islam Universitas Indonesia. Dia adalah dosen senior di institusi yang sama, mengajar ekonomi dan keuangan syariah. Buku dua bahasanya (Indonesia & Inggris) berjudul Ekonomi dan Keuangan Syariah: Pemahaman Singkat dan Penerapan Ringkas sudah diterbitkan. Buku keduanya adalah Ekonomi Sufistik. Investasi Syariah adalah buku ketiganya. Buku keempatnya Pemikiran Ringkas Keuangan Islam adalah buku tiga bahasa (Inggris-Indonesia-Arab). Dia adalah seorang Fellow di Islamic Insurance Society (FIIS) dan pemegang Sertifikasi Level Lanjutan (Level IV) Manajemen Risiko Perbankan.




Membangun Sumber Daya Insani atau SDI – 2

The Hybrid Student – Gunawan Yasni (Muslim Ghafarrah)

Islamic Base Defensive Art (IBDA) adalah kompilasi dari Physical & Metaphysical Self Defence (Bela Diri Fisik dan Metafisik) yang mengacu kepada ke-tauhid-an akan ke-esa-an Allah SWT sebagai sumber kebenaran sesungguhnya dengan memperhatikan cara-cara Rasulullah SAW berolah raga dan berolah jiwa dalam hidup sehatnya. Dalam mempelajari IBDA untuk memperkuat fisik, mental dan spiritualnya dengan latihan-latihan fisik dan metafisik tertentu dengan mengharap keridhaan Allah SWT, kita mengenal kekuatan yang benar-benar dari Allah SWT yaitu Al Kuwwah Al Ilaahiyah dan kekuatan lain pada saat kita lupa mengingat Allah yaitu Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah. Dengan IBDA, yang kita coba dapatkan dengan keridhaan Allah SWT adalah tentu Al Kuwwah Al Ilaahiyah sehingga dalam latihan untuk meningkatkan kekuatan fisik, mental dan spiritual, jelas kita harus senantiasa mengingat Allah SWT – Tuhan Semesta Alam karena besar kemungkinan pada saat berlatih dan kita lupa mengingat Allah, maka yang kita peroleh adalah Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah. Ada satu phrase dalam bible yang cukup sering dikutip; “In the absence of light, darkness comes – Dalam ketiadaan cahaya, kegelapan dating.” Al Kuwwah Al Ilaahiyah adalah cahaya. Ketiadaan cahaya akan mengakibatkan Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah datang.

Dalam kebijakan ekonomi dan keuangan, banyak contoh-contoh di mana kekuatan ekonomi & keuangan dibangun dari Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah. Setiap kebijakan yang dibuat tanpa mempertimbangan Al Qur’an dan As Sunnah, bahkan dengan jelas-jelas sengaja mengimplementasikan yang bertentangan dengan keduanya semisal kebijakan berbasis riba, maka itu adalah kekuatan ekonomi dan keuangan yang berbasis Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah yang dijamin Allah akan dihancurkan pada waktunya. Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah telah mengakibatkan tidak diberkahinya rizqy sebagian besar dari kita karena diperoleh dari cara-cara yang mengandalkan Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah seperti korupsi, pemerasan, membuat susah orang lain dan sebagainya. Perkembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia dapat dipandang sebagai Al Kuwwah Al Ilaahiyah yang mulai memberantas Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah dalam ekonomi dan keuangan.

Bagaimana dengan manusianya sebagai pelaku? Setiap praktisi IBDA menyadari bahwa kekuatan untuk mengejawantahkan kebaikan apapun di muka dunia ini untuk kebaikan di akhirat harus dimulai dari dirinya sendiri dengan perkataan yang kita kenal dalam bahasa syariah ”IBDA bi nafsik” – mulai dari dirimu sendiri.

Untuk itulah IBDA dibutuhkan sebagai satu metode peningkatan seni pertahanan diri atas sumber daya insani yang ditujukan tidak hanya membuat seorang itu menjadi profesional pada bidang kerjanya tapi juga secara fisik, mental dan spiritual kuat menghadapi segala macam tantangan, baik yang timbul dari bidang kerjanya maupun hidupnya secara keseluruhan. Dengan IBDA diharapkan sumber daya insani terlatih untuk menjadi orang-orang yang senantiasa mengingat Allah dalam bernapas, diam atau bergeraknya dan senantiasa memikirkan kejadian penciptaan alam dan dirinya, sebagaimana petikan Surah Ali Imran (3) : 190-191 yang mengatakan:
”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Para praktisi IBDA adalah orang-orang yang senantiasa beramal shalih dan untuk orang-orang yang beramal shaleh dalam Surah An Nahl (16) : 97 Allah menjanjikan:
”Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” Dengan demikian, bukan tidak mungkin orang-orang yang berlatih IBDA suatu saat menjadi bagian dari orang-orang shalih yang diberi karamah oleh Allah SWT karena keridhaanNya.

Dalam sejarah, cikal bakal praktisi IBDA yang utama bisa digambarkan dengan dialog-dialog sebagai berikut:

Saat Ali bin Abi Thalib r.a. menjelang duel menghadapi 100 pendekar Quraisy yang ditakuti, Rasulullah SAW bersabda memuji keimanan dan keberanian Ali, “ Hari inilah (hari yang menentukan) sosok keimanan seutuhnya berhadapan dengan sosok kekafiran yang sempurna; tidak ada pedang melainkan dzulfiqar dan tidak ada laki-laki kecuali Ali.”

Rasulullah SAW bersabda membanggakan Ali, “Akulah kota ilmu dan Ali adalah pintunya, barang siapa bersungguh-sungguh mencari ilmuku, seyogyanya datang lewat pintunya.” Sabdanya lagi, “Ya Ali, wahai Ali, kedudukanmu terhadapku seperti kedudukan Harun dengan Musa, hanya saja tidak ada Nabi sesudahku.”

Menjelang bulan-bulan terakhir hidup Rasulullah SAW berwasiat di hadapan ribuan kaum muslimin, “Barang siapa yang selama ini aku adalah walinya, maka kini Ali adalah walinya.” Kemudian dilanjutkan dengan do’anya yang maqbul, “Yaa Allah, jadilah Engkau wali atas siapa saja yang berwali kepada Ali dan jadilah Engkau musuh bagi siapa yang memusuhi Ali.”

Adapun perkataan-perkataan Ali r.a. tentang Rasulullah SAW:

“Aku, tak ubahnya seperti anak onta yang tidak bisa sejenakpun berpisah dengan induknya.”

“Tiadalah aku memiliki ilmu tentang segala sesuatu, kecuali setelah Rasulullah SAW mengajarkannya padaku.”

IBDA dikembangkan dengan banyak meneladani Rasulullaah SAW dan murid langsungnya yaitu Ali r.a. yang juga adalah menantunya, karena sebagai bagian langsung dari keluarga Rasulullah SAW, banyak sekali cerita-cerita detil mengenai kehidupannya terutama dalam olah raga dan olah jiwanya.

Penggambaran IBDA sebagai cabang ilmu rasanya cukup pantas meneladani perkataan Ali r.a. :

“Ilmu adalah kekuatan. Barang siapa mendapatkannya, dia akan menyerang dengannya, dan barang siapa yang tidak mendapatkannya, dialah yang akan diserang olehnya.”




Membangun Sumber Daya Insani atau SDI – 1

The Hybrid Student – Gunawan Yasni (Muslim Ghafarrah)

Sharia AmbassadorMemasuki abad 21, banyak masyarakat muslim yang dibingungkan dengan berkembangnya budaya-budaya bid’ah, liberalisme, klenik dari dalam masyarakat muslim sendiri ataupun masyarakat di luar muslim. Disebut budaya karena bukan timbul dari pemahaman tauhid yang sudah jelas benar dalam Islam yaitu Laa ilaha illallaah, Muhammadar Rasuulullaah. Di sinilah peran pemberdaya syariah dibutuhkan untuk membangun pelaku-pelaku kehidupan dengan pengetahuan dan pemahaman luas yang tangguh lahir-batin untuk mengimplementasikan, memelihara dan meningkatkan iman dan takwa masyarakat dalam bidang yang seluas-luasnya termasuk ekonomi, politik, pertahanan nasional dan tentunya diri sendiri dan keluarganya dengan tauhid yang benar.

Sebagai contoh dalam ekonomi, besaran keberhasilan dalam perekonomian sangat banyak ditentukan oleh insan-insan pelakunya. Oleh karenanya pengetahuan dan pemahaman luas serta ketangguhan lahir-batin dalam diri masing-masing insan tersebut akan sangat menentukan kapasitas dan produktivitas ekonomi yang bisa dihasilkan. Untuk itu dibutuhkan satu metode peningkatan seni pertahanan diri atas sumber daya insani yang Gunawan Yasni Blankonditujukan tidak hanya membuat seorang itu menjadi profesional pada bidang kerjanya tapi juga secara fisik, mental dan spiritual kuat menghadapi segala macam tantangan, baik yang timbul dari bidang kerjanya maupun hidupnya secara keseluruhan. Seorang pemberdaya syariah sebaiknya membekali dirinya dengan apa yang disebut sebagai Islamic Base Defensive Art atau IBDA.

Syariah sendiri disepakati untuk diterjemahkan sebagai “Jalan Mendekatkan Diri Kepada Allah Tuhan Semesta Alam”, Allah Yang Al Qowiy (Maha Kuat) dan Al Waliy (Maha Melindungi) juga Allah Yang Al Muhyi (Maha Menghidupkan) dan Al Mumit (Maha Mematikan). Memang kata syariah telah ada dalam Gunawan Yasni-BRISyariah Award-05bahasa Arab sebelum turunnya Al Qur’an. Kata yang semakna dengannya juga telah ada dalam Taurat dan Injil yang mengisyaratkan pada pemaknaan ”wahyu kehendak Tuhan sebagai wujud kekuasaanNya atas manusia” berdasarkan nalar kritis syariah Muhammad Said Al Asymawi yang dikutip Encyclopedia Britannica. Dengan demikian IBDA sejalan dengan Syariah yaitu seni pertahanan diri yang tujuannya adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai Tuhan Semesta Alam dengan tauhid yang jelas benar.

Masyarakat timur dan barat lainnya, dalam sekian tahun terakhir ini, banyak yang mencari metode pencerahan mental spiritual yang katanya membuat mereka lebih siap menghadapi berbagai macam tantangan pekerjaan danGunawan Yasni-BRISyariah Award-02 kehidupan yang lebih besar. Metode pencerahan mental spiritual ini sendiri disinyalir mampu mengangkat kemampuan fisik dan non-fisik kepada tingkat yang lebih baik. Namun banyak masyarakat muslim yang dibingungkan dengan pendapat-pendapat di kalangan masyarakat muslim sendiri yang mengatakan bahwa metode semacam ini melibatkan unsur-unsur klenik, jin bahkan syaithan yang semakin menjauhkan dari Islam. Islamic Base Defensive Art dibuat atau lebih tepatnya dikompilasi dari Physical & Metaphysical Self Defence (Bela Diri Fisik dan Metafisik) yang mengacu kepada tauhid yang jelas benar dengan memperhatikan cara-cara Rasulullah SAW berolah raga dan berolah jiwa dalam hidup sehatnya. Kehadiran IBDA adalah untuk meluruskan tudingan-tudingan miring bid’ah dan klenik kepada setiap muslim yang berupaya memperkuat fisik, mental dan spiritualnya dengan latihan-latihan fisik dan metafisik tertentu dengan mengharap keridhaan Allah SWT.

BRISyariah Award-04Intinya adalah melakukan olah gerak dan olah napas sekaligus olah jiwa berbasis spiritualisme Islam sebagai upaya peningkatan kekuatan tubuh dan kesehatan serta ikhtiar pengobatan atas berbagai penyakit fisik dan non-fisik sesuai dengan inti kehidupan seorang muslim yang mengolah gerak, napas, jiwa dengan spiritualisme Islam untuk mencari ridha Allah SWT. Bisa dikatakan sebagai refleksi dari ikrar seorang muslim ketika ia beribadah, ”Qul inna shalaati wanusukii wamahyaaya wamamaatii lillaahi rabbil ’alamiin” (Yaa Allah, aku berikrar, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah Tuhan Semesta Alam).

Dalam Surah Ali Imran (3) : 190-191 Allah berfirman:
”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Dengan IBDA diharapkan sumber daya insani terlatih untuk menjadi orang-orang yang senantiasa mengingat Allah dalam bernapas, diam atau bergeraknya dan senantiasa memikirkan kejadian penciptaan alam dan dirinya. Manusia adalah ciptaan Allah kedua terbesar setelah alam semesta sesuai dengan firmanNya Surah Al Mu’min (40) : 57 ”Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui.”

Unsur-unsur yang banyak ada di alam semesta secara makrokosmos ada juga di dalam manusia secara mikrokosmos. Tapi kebanyakan dari manusia tidak mengetahuinya. Manusia yang menyadari dan mempelajari unsur-unsur alam yang ada dalam dirinya akan menjadi perintis, penyelaras, pemberdaya dan tentu saja menjadi panutan manusia dan bermanfaat bagi alam semesta sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW sesuai dengan firman Allah dalam Surah Al Anbiya (21) : 107 ”Dan tidaklah Kami utus kamu (ya, Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” Atau dengan kata-kata yang lain menjadi sumber daya insani yang mampu menjadi pembuka bagi orang lain dalam memperoleh penyelarasan dan pemberdayaan dalam hidup untuk mencari Ridha Allah SWT. Mengolah unsur-unsur di alam semesta secara makrokosmos menurut ilmu fisika akan menghasilkan kekuatan-kekuatan tertentu. Sama halnya dengan mengolah unsur-unsur dalam diri manusia secara mikrokosmos menurut ilmu metafisika akan menghasilkan kekuatan-kekuatan tertentu. Tudingan-tudingan bahwa ilmu metafisika sama dengan ilmu sihir menjadi tidak beralasan selama fenomena ilmu fisika secara makrokosmos di alam semesta sama dengan fenomena ilmu metafisika secara mikrokosmos dalam diri manusia. Ilmu fisika terapan telah berhasil menciptakan bahan-bahan baja ringan yang lebih kuat dari besi baja yang kita kenal selama ini, sebagaimana dalam IBDA yang berisikan latihan-latihan fisik dan metafisik tertentu telah memperkuat manusia sehingga bisa mematahkan besi keras dengan pukulan tangan kosong, dan ini bukan ilmu sihir. Ilmu fisika terapan juga telah mampu menciptakan penglihatan berdasarkan energi panas benda-benda, sebagaimana dalam IBDA latihan metafisik tertentu telah membuat sensitif penglihatan manusia sehingga bisa melihat wujud benda-benda dalam warna-warna aura energinya, dan sekali lagi ini bukan sihir. Tingkatan ilmu ini jauh di bawah karamah orang-orang shalih atau bahkan mu’jizat para nabi. Namun bukan tidak mungkin orang-orang yang berlatih IBDA suatu saat menjadi bagian dari orang-orang shalih yang diberi karamah oleh Allah SWT karena keridhaanNya.

Berolah gerak, napas dan jiwa berbasis spiritualisme Islam untuk membentuk manusia-manusia yang sehat, memiliki tubuh yang kuat, mental yang tangguh disertai moral dan etika yang tinggi dan senantiasa mencari ridha dan lindungan Allah Tuhan Semesta Alam sesungguhnya mengacu kepada yang tersurat dan tersirat dalam Hadits Nabi Muhammad SAW, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari & Muslim sebagai berikut:
“Muslim yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada muslim yang lemah”.

Kekuatan ekonomi, politik, ketahanan nasional dan lainnya banyak ditentukan oleh kekuatan sumber daya insani yang menjadi pelaku kehidupan. Kekuatan fisik dan pikiran, juga kekuatan mental dan spiritual sumber daya insani baik secara individu ataupun kolektif menjadi modal utama pengembangan ekonomi, politik dan ketahanan nasional. Dan IBDA merupakan salah satu bagian dalam Jalan Mendekatkan Diri Kepada Allah Tuhan Semesta Alam (bukan hanya Tuhan Kaum Muslim) dari para pelakunya.




Seni Pertahanan Diri Islami atau SENDI Islami – 2

The Sensei – Yusmardi Yasni (Muslim Ghafarrah)

”Hai orang-orang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan bersiagalah diperbatasan negerimu. Dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”. (Surah Ali-Imran, QS 3:200)

”Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar  akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat baik”. (Surah Al-Ankabuut,QS 29:64)

Kedua ayat yang dipetik dari Al-Qur’an tersebut diatas, merupakan petunjuk agar manusia melakukan ikhtiar untuk Yusmardi Yasni 009melatih jiwa-raganya dan meningkatkan ilmu pengetahuan serta wawasannya agar menjadi manusia yang berguna bagi agama, bangsa dan negaranya. Senantiasa istiqamah dan tawakkal kepada Allah swt, serta yang terpenting adalah niat untuk mencari ridha Allah semata baik dalam bekerja dan  berprestasi maupun beramal saleh. Juga tersirat untuk membentuk disiplin diri dan korps dalam menjaga perbatasan negeri yang secara fisik adalah tanah air,akan tetapi bisa diartikan juga sebagai karakter dan moral suatu bangsa,misalnya: jangan bersifat serakah dan khianat atau populernya KORUPSI supaya beruntung! (kalau punya sifat KKN, yach tahu sendiri deh akibatnya …….. nyusahin banyak orang).

Hal yang sama juga terdapat dalam semua agama, antara lain dapat dipetik dari agama Hindu, sebagaimana dibawah ini :

”Wahai umat manusia yang giat, gigihlah dan milikilah bagian-bagian tubuh yang kuat, cekatanlah dan penuh semangat kerja, kembangkanlah kemashuranmu jauh-jauh dan luas serta selalu tetap berbahagia. Dikau akan memiliki kemampuan seperti Sang Hyang Agni”. (Weda-yayur XI :44)

Dapat dipahami, bahwasanya untuk menjadi manusia pembangunan yang tangguh itu diperlukan tubuh yang sehat dan kuat, mentalitas yang penuh semangat dan ulet/gigih serta senantiasa dalam kesabaran/bahagia. Tentunya senantiasa meningkatkan ilmu pengetahuan dan memelihara iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sebagai ilustrasi : 1945, bom atom dijatuhkan dikota Hiroshima dan Nagasaki-Jepang. Seluruh dunia mengetahui peristiwa itu dan memperkirakan Jepang yang miskin dari sumber daya alam akan ”bangkrut” serta mungkin hidup dari ”belas kasihan” bangsa-bangsa lain. Namun yang terjadi adalah diluar dugaan, tidak lebih dari 20 tahun setelah peristiwa yang mengenaskan ini; bangsa  dan negara Jepang mampu bangkit dan menjadi ”Macan Asia”. Bahkan sekarang ini mereka mampu menyaingi bangsa-bangsa yang memeranginya dulu, baik dalam perekonomian maupun dalam bidang teknologi modern. Hal ini dimungkinkan karena generasi tua berhasil mewariskan semangat ”Bushido” kaum Samurai kepada generasi muda dan generasi penerus selanjutnya menjadi semangat ”Bushido Kebangkitan dan Pembangunan”. Caranya cukup unik, yaitu dengan ”memaksa” pemuda, siswa SMU dan Mahasiswa mereka berlatih Olah Raga Beladiri tradisi Jepang, seperti: Karate, Aikido, Kempo dan lain- lainnya  sebagai olah raga massal atau sebagai kurikulum tambahan yang wajib diikuti (selain kurikulum akademik disekolah dan perguruan tinggi). Hasilnya adalah bangsa Jepang dengan etos dan produktifitas kerja yang luar biasa, dan tentunya kemahiran/ ketrampilan tenaga manusia yang sulit ditandingi.

Jadi dapat disimpulkan betapa bangsa Jepang sangat menyadari kesehatan jasmani dan rokhani masyarakat adalah asset utama untuk pembangunan bangsa dan negara. Mungkin para orang tua kita (terutama yang pernah bergabung dalam PETA) masih ingat pada masa pendudukan Jepang dulu, setiap pagi harus melakukan Taisho yang sebenarnya merupakan persiapan latihan Karate.

Pada tulisan kedua ini akan diuraikan mengenai Olah Raga/Seni Beladiri yang juga bersifat massal, artinya dapat diikuti oleh masyarakat umum. Untuk mengingatkan kembali, bahwasanya dalam SENDI Islami terdapat 2 (dua) jenis latihan yang bersifat massal, yaitu :

Olah Raga Pernafasan ; sebagai olah raga yang memiliki ”keajaiban” (bagi orang awam) dan dapat diikuti oleh masyarakat luas,pria dan wanita yang sudah berusia diatas 16 tahun keatas tanpa batasan umur (asal masih bernafas), berbadan sehat atau sakit, semuanya bisa mulai mengikuti latihan ini. Lebih jelasnya, baca tulisan pertama.

Olah Raga Beladiri ; sebagai sebagai olah raga bagi mesyrakat umum pemuda dan pemudi yang berbadan sehat serta tidak cacat ataupun pernah patah tulang, juga tidak pernah mengidap penyakit yang berbahaya (seperti: jantung, liver, astma dan lainnya) berdasarkan surat keterangan  dari dokter atau rumah sakit. Dan untuk mendapatkan hasil yang baik, maka latihan harus dimulai pada usia antara 16 s/d 25 tahun. Tentunya dalam wilayah Republik Indonesia yang berdasarkan Panca Sila, maka semua yang berlatih Olah Raga Beladiri harus beragama!.

II. Olah Raga Beladiri :

Yusmardi Yasni Karate Kick

Dilakukan tahun ini (2016-1952) = 64 Tahun, dengan menggunakan kamera smartphone, menahan gerakan 30 detik.

Pada olah raga beladiri, misi awalnya adalah mempersiapkan manusia sebagai tenaga pembangunan yang sehat dan tangguh serta sekaligus menciptakan sistem pertahanan dan ketahanan masyarakat. Namun, 15 tahun terakhir ini berkembang menjadi olah raga prestasi (dan prestise), mungkin untuk lebih menarik perhatian generasi muda mau/ikut berlatih. Karena biasanya dengan adanya peningkatan status ekonomi dan sosial pada masyarakat, maka pemuda/pemudi dan demikian juga para orang tua tidak menyukai atau gengsi putra/putri mereka bekerja ataupun  berlatih yang bersifat fisik …… sehingga timbul opini bahwa latihan olah raga beladiri hanya untuk orang yang berpendidikan rendah, petugas keamanan atau bahkan mungkin untuk para preman saja. Wallahualam, padahal tujuan utama dari olah raga beladiri adalah untuk membentuk mental dan karakter yang baik dan tangguh (bebas dari penyakit masyarakat yang dikenal sebagai MALIMA ataupun Narkoba), fisik yang kuat dan sehat untuk belajar dan bekerja, sedangkan ketrampilan berkelahi dapat dipakai untuk mempertahankan diri dari tindak kejahatan serta sukarelawan bela negara. Dan yang terpenting tidak takut atau minder terhadap bangsa lain, apalagi pada era globalisasi.

A. Lingkup latihan Olah Raga Beladiri :

Olah Raga Beladiri yang juga merupakan salah satu jenis dari SENDI Islami adalah latihan yang bersifat isotonik dan isometrik yang dirangkai dalam bentuk ketrampilan beladiri (baik dengan tangan kosong maupun bersenjata), sekaligus merupakan sarana pembentukan karakter yang luhur dan keimanan/ketakwaan kepada Allah swt. Dasar dari latihan ini adalah adalah paduan  dari 3 (tiga) unsur , yaitu :

Nafas (breath), yang dipakai disini adalah nafas dada dan nafas inti

Saripati jurus/latihan (Essence),yang terdiri dari latihan kuda-kuda dan jurus dasar, rangkaian keindahan jurus dan sistimatika perkelahian.

Semangat (spirit)

Dari latihan paduan ketiga unsur diatas, secara bertahap akan terbentuk suatu “wadah” cadangan tenaga fisik (fisio energi) yang terpusat pada 4 cm atau 3 jari dibawah pusar dan terletak antara pusar dan kolom tulang belakang. Dalam olah raga beladiri Karate dikenal sebagai “hara” yang memungkinkan seorang karateka  mampu melakukan jurus dengan “kime”, suatu killing punch (tokui tsuki) atau killing kick (tokui geri). Jadi kalau “wadah” fisio energi sudah terbentuk, maka kekuatan pukulan akan jadi bertambah kuat disamping itu tubuh akan lebih tahan terhadap benturan pukulan atau benda keras karena adanya kontraksi otot secara otomatis (dihasilkan dari “wadah” fisio energi sewaktu penggunaan nafas inti).

Disini jelas terlihat perbedaan mendasar antara Olah Raga Pernafasan dimana perlu pembukaan simpul/saluran energi yang dibantu oleh seorang Guru yang mursyid dan menghasilkan tenaga  dalam (bio-energi) sedangkan pada Olah Raga Beladiri “wadah” fisio energi terbentuk dengan sendirinya secara bertahap dibawah bimbingan seorang Guru dan menghasilkan tenaga luar/fisik (fisio energi).

B. Sistimatika latihan Olah Raga Beladiri:

Titik berat dari latihan olah raga beladiri adalah pada latihan untuk mendapatkan saripati jurus/latihan (essence), sedangkan pernafasan yang baik didapatkan/diukur dari kekuatan melakukan jurus dan ketahanan fisik dalam berlatih, tentunya kedua hal tersebut harus ditopang oleh semangat yang tinggi untuk berlatih dengan sabar/tekun. Dan keseluruhan latihan ini haruslah ditunjang dengan makanan/gizi yang memadai, karena tujuan akhirnya adalah kekuatan, kecepatan dan ketepatan reaksi/gerakan serta ketahanan dan kestabilan gerakan dalan interval waktu selama mungkin (stamina dan tingkat kesegaran tubuh) dalam sistimatika beladiri/berkelahi. Kalaulah tujuan akhir ini bisa dikonversikan menjadi sebuah kekuatan dan semangat untuk belajar, bekerja dan berprestasi, maka tentu hasilnya akan …….. luarbiasa !.

Program atau kurikulum latihan Olah Raga Beladiri pada umumnya adalah 4 (empat) tahun sampai mendapat predikat Pendekar Muda atau Pelatih Muda (dalam Karate mendapat predikat DAN I), dengan jadwal berlatih 2X seminggu dan waktu berlatih 2-3 jam setiap latihan (agar tidak menyita waktu belajar atau bekerja), serta ujian kenaikan tingkat tiap semester.

Secara sederhana thapan atau sistimatika latihan olah raga beladiri, dibagi menjadi :

Latihan kuda-kuda dan jurus-jurus dasar

Latihan rangkaian jurus

Latihan sistimatika perkelahian

Catatan :

Pernafasan pada latihan kuda-kuda dan jurus-jurus dasar adalah pernafasan dada, sedangkan pada latihan rangkaian jurus adalah pernafasan dada dengan berbagai variasi. Dan pernafasan pada latihan sistimatika perkelahian inti adalah pernafasan inti.

Semangat adalah kata kunci keberhasilan dalam berlatih. Karena dengan semangat anda datang ketempat latihan yang nilainya sama dengan 50% latihan, dengan semangat anda memperhatikan latihan yang nilainya 25% latihan, dan dengan semangat mengikuti latihan dengan tekun/sabar akan mendapatkan nilai 25% lagi. Dalam latihan anda akan mendapat semacam semangat dan berlatih menggunakannya, yaitu: semangat, pikiran dan fisio energi yang ”diletupkan” dalam sebuah jurus disertai ”pekikan khas” untuk menambah kekuatan/daya hancur jurus tersebut (dalam istilah Karate disebut Kiai …… bukannya Kyai lho). Latihan semangat ini akan membuat mental seseorang menjadi lebih tangguh dan ulet, serta tidak gampang putus asa.

1. Latihan kuda-kuda dan jurus-jurus dasar :

Pengenalan latihan kuda-kuda dan jurus-jurus dasar (yang cukup banyak) akan diberikan secara bertahap sesuai dengan tingkatannya, demikian juga kegunaan dan penggunaannya (dalam istilah Karate disebut Kihon). Tingkatan yang lebih tinggi tentu harus berlatih lebih banyak jenis kuda-kuda dan jurus yang harus dilatih dan dengan bobot latihan yang lebih berat. Lingkup latihannya dapat disederhanakan sebagai berikut :

a. Pengenalan dan latihan berbagai jenis kuda-kuda, ditambah dengan 1 atau 2 macam pukulan/tangkisan/tendangan dalam posisi statis, untuk memperoleh kuda-kuda yang kokoh dan kekuatan putaran pinggang (belly power).

Contoh:

Kuda-kuda ’pelana’(berat badan ditengah) ditambah dengan pukulan lurus kedepan arah dada atau kepala, untuk melatih belly power, kecepatan dan ketepatan pukulan serta kekokohan kuda-kuda.

b. Pergerakan kuda-kuda dan jurus dasar, maju maupun mundur untuk memperoleh kuda-kuda yang kokoh namun ringan dalam bergerak dankekuatan jurus maksimal dari putaran pinggang (belly power).

Contoh: Jurus pukulan lurus kedepan (arah dada atau kepala), bergerak maju dengan kuda-kuda ’zen’ (berat badan dikaki depan).

c. Pergerakan/perubahan kuda-kuda dan gabungan jurus dasar,maju maupun mundur untuk memperoleh irama dan pengaturan kekuatan tiap jurus yang dilatih bertumpu pada putaran pinggang (belly power).

Contoh : tubuh Maju selangkah dengan kuda-kuda ’pelana menyiku’ jurus tepis pukulan,kemudian dilanjutkan dengan pukulan tebas (sisi telapak tangan yang lain) sambil menggeser kaki depan menjadi kuda-kuda ’zen’.

Ketiga latihan diatas diberikan secara bertahap sesuai tingkatannya dan sangat erat hubungannya dengan latihan rangkaian jurus yang berbeda tingkat kesulitannya pada tiap tahapan.

2. Rangkaian jurus (dalam istilah Karate disebut Kata):

Latihan ini merupakan pergerakan kuda-kuda dan jurus dasar, gabungan jurus, jurus berantai, perubahan kuda-kuda dan posisi tubuh.Rangkaian ini digubah dengan selalu terkandung 3 (tiga) unsur sumber kekuatan manusia, yaitu : nafas (breath), saripati jurus (essence) dan spirit (semangat). Selain indah adalah merupakan latihan kekuatan/ketahanan fisik dan stamina, juga merupakan latihan kelenturan tubuh dan kemantapan kuda-kuda, karena tiap rangkaian jurus ini cukup banyak pergerakannya (harus hafal) dan akan memakan waktu 7-10 menit. Dan yang terpenting sebagai latihan penguasaan/pengendalian kekuatan/ketahanan tubuh, kepekaan rasa dan juga semangat yang ditandai dengan ”pekik khas” pada akhir pergerakan jurus berantai ataupun jurus dengan kekuatan terfokus.

3. Sistimatika perkelahian (dalam istilah Karate disebut Kumite):

Setelah berlatih selama 1,5 tahun latihan 1 dan 2 diatas, baru  boleh belajar dan berlatih sistimatika perkelahian, dimulai dari yang paling sederhana sebagaimana tahapan berikut ini :

a. Dasar-dasar perkelahian: menyerang-menangkis-counter attack (ditahan) dengan jurus-jurus yang ditentukan Pelatih, serta dilasanakan dengan aba-aba Pelatih (dalam istilah Karate disebut Kihon Kumite).

b. Perkelahian semi bebas: menyerang-menangkis dan counter attack (ditahan) ditentukan oleh Pelatih, demikian juga siapa yang menyerang lebih dulu/bergantian, dilakukan tanpa aba-aba dari Pelatih (istilah dalam Karate Ippon Kumite).Serangan dan tangkisan yang baik akan dinilai, sebagai persiapan latihan selanjutnya.

c. Perkelahian berpasangan terencana: kerjasama 2 orang atau lebih untuk berlatih perkelahian dengan beberapa jurus yang direncanakan dibawah pengawasan dari Pelatih. Biasanya dipakai sebagai demonstrasi ketrampilan pada waktu presentasi menarik anggota baru (dalam istilah Kempo disebut Embu).

Setelah kurang lebih setahun berlatih latihan 3 a,b dan , maka diperkirakan ”wadah” fisio energi sudah terbentuk, maka sudah diperbolehkan melakukan latihan :

d. Perkelahian bebas: latihan penggunaan jurus pada perkelahian sebenarnya (baik jurus tunggal,berantai maupun didahului dengan pancingan/tipuan), namun ada peraturan yang sangat ketat untuk mendidik sportifitas, mencegah kecelakaan yang fatal ataupun emosi yang tak terkendali. Latihan ini dipimpin oleh Pelatih yang juga bertindak sebagai Wasit yang memberi penilaian dan nasehat (dalam istilah Karate disebut Jiyu Kumite).

Beberapa catatan tentang Olah Raga Beladiri :

1. Federasi Olah Raga Karate Indonesia (FORKI) sudah sering menyelenggarakan Pertandingan tingkat Nasional dan sebagai anggota WUKO (World Union Karatedo International) sering juga mengikuti pertandingan tingkat Internasional, baik untuk kategori KATA maupun KUMITE (beregu dan perorangan).

2. Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) juga sering menyelenggarakan pertandingan tingkat Nasional dan sudah berhasil menjadikan Olah Raga Pencak Silat sebagai Olah Raga yang dapat dipertandingkan ditingkat Internasional.

Ditanah air yang tercinta, INDONESIA, terdapat berbagai jenis olah raga yang bersifat massal, baik yang import maupun yang lokal/asli dan dengan berbagai alirannya. Dimana Olah Raga Beladiri dan Olah Raga Pernafasan serta berbagai alirannya termasuk kedalam lingkup Islami, karena memiliki sifat-sifat pembinaan kesehatan dan kekuatan fisik, character building, iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa………..bukan untuk menyesatkan aqidah beragama atau mendidik seseorang menjadi preman/tukang pukul.

Mungkin kita bisa mencontoh bangsa Jepang yang juga memiliki berbagai jenis Olah Raga Beladiri dengan berbagai alirannya, namun berhasil membentuk generasi muda dan penerusnya sehingga menjadi “Macan Asia” yang disegani diseluruh dunia.

Alangkah indahnya jikalau semua organisasi Olah Raga Beladiri & Olah Raga Pernafasan dengan berbagai alirannya yang termasuk kedalam lingkup Islami, saling berlomba-lomba memberikan sumbangsihnya kepada  agama, bangsa dan negara dengan mendidik/menghasilkan generasi muda Indonesia sebagai manusia-manusia pembangunan yang hebat. Bersama-sama memiliki ijtihad mendidik/menghasilkan generasi penerus sebagai muslim yang kuat, yang sanggup untuk :

1. Memelihara harga diri, kedaulatan dan kemerdekaan bangsa

2. Memegang teguh amanah bangsa dan negara

3. Menyempurnakan ikhtiar dengan ridha Allah swt.

4. Menjaga silaturrahmi bangsa dengan sopan santun

5. Menguasai diri dengan sabar dan tawakkal

Tentunya semua warganegara Indonesia mengharapkan, suatu saat negeri yang kaya raya akan sumber daya alam, tanah yang subur dengan alam yang ramah dan lautan yang seperti kolam susu dapat menjadi salah satu developed country in the world ……. suatu negeri yang baldatun toyyibatun warabbun ghafur didalam pengelolaan muslim yang kuat!. Insya Allah.

Ada baiknya sebelum tulisan ini disudahi, disampaikan sebuah hadits Rasulullah Nabi Muhammad  saw. yang sangat populer semasa Khalifah Umar bin Khattab r.a. :

”Jika seseorang (muslim) memiliki ijtihad,maka: jika berhasil,mendapat dua upah. Dan jika tidak/belum berhasil,maka upahnya hanya satu ….. tetap dapat upah”.

Mungkin pada kesempatan lainnya akan diuraikan  lebih mendalam mengenai ’energi’ dalam pengertian SENDI Islami dan/atau yang termasuk dalam lingkup Islami.

Wassalam,

Salam hormat untuk kawan-kawan Thaifah Manshurah dimana saja berada.