Seni Pertahanan Diri Islami atau SENDI Islami – 1

The Sensei – Yusmardi Yasni (Muslim Ghafarrah)

“Muslim yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai Allah swt daripada muslim yang lemah”. (diriwayatkan Bukhari & Muslim)

Demikian sabda Rasulullah Nabi Muhammad saw, dimana kuat yang dimaksudkan disini adalah kuat untuk “melindungi/mempertahankan” akidah agama, iman dan takwa kepada Allah swt. Dan untuk itu dibutuhkan berbagai kuat diberbagai bidang, seperti kuat dibidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Namun, apakah berbagai kuat itu bisa diwujudkan oleh orang-orang yang lemah dan penyakitan?

Jadi bisa kita simpulkan bahwa komponen utama atau dasar dari berbagai kuat itu adalah manusia yang kuat jasmani, rohani, iman & takwanya. Hal ini diperjelas dalam hadits Rasulullah Nabi Muhammad saw sebagai berikut :

“Hari inilah (hari yang menentukan) sosok keimanan yang seutuhnya berhadapan dengan sosok kekafiran yang sempurna; tidak ada pedang melainkan dzulfiqar dan tiada laki – laki kecuali Ali”. (diriwayatkan Bukhari & Muslim)

Demikianlah pujian untuk keimanan dan keberanian (semangat jihad) Ali bin Abi Thalib r.a menjelang “duel maut” menghadapi 100 pendekar kaum kafir Quraisy yang kejam dan ditakuti.

Bagaimana mungkin seorang diri bersenjata sebilah pedang, bisa menghadapi 100 orang yang juga bersenjatakan pedang? Tentunya dapat diyakini bahwa Sayyidina Ali r.a memiliki ketrampilan beladiri yang sangat tinggi disamping memiliki “tubuh” dengan kekuatan yang melebihi kekuatan 100 pendekar kafir Quraisy.

Bisa juga ada orang yang berpikir : kekuatan yang melebihi kekuatan sumo dan juara dunia angkat berat itu asli atau bantuan jin/syaitan? Untuk itu, penjelasannya dapat berpedoman pada sabda Rasulullah Nabi Muhammad saw sebagai berikut :

”Akulah kota ilmu dan Ali adalah pintunya, barang siapa yang bersungguh- sungguh mencari ilmuku, seyogyanya datang lewat pintunya”. (diriwayatkan Bukhari dan Muslim)

Jadi agar tidak tersesat atau menjadi musyrik dalam mempelajari ketrampilan beladiri dan tenaga asli (kekuatan fisik + tenaga dalam). Maka sumber-sumber itu haruslah berasal dari Allah swt. Yang diturunkan melalui Rasulullah saw (kota ilmu) dan menghasilkan keimanan/ketakwaan kepada Allah swt dan keberanian serta kekuatan sebagaimana yang dimiliki Ali r.a (pintu kota ilmu).

Dalam seni beladiri Islami (SENDI Islami) ada 4 (empat) jenis latihan sebagai berikut ini :

I. Olah Raga Pernapasan (atau sering diistilahkan sebagai olahraga pernapasan dan tenaga dalam), yang sifatnya olah raga massal.

II. Olah Raga/Seni Beladiri, yang bersifat massal untuk remaja dan pemuda/pemudi. Latihan disini untuk pembinaan fisik dan ketrampilan dalam berkelahi untuk pertahanan diri.

III. Ilmu Beladiri yang terdiri atas 3 (tiga) tahap latihan, sebagai berikut :

Latihan fisik/jurus
Latihan pernapasan (dan tenaga dalam)
Latihan kombinasi dan supranatural

IV. Meditasi dzikir

Olah Raga Pernapasan (dan Tenaga Dalam)

Pada tulisan pertama ini, akan dibahas terbatas mengenai olah raga pernapasan (dan tenaga dalam) yang oleh orang awam dianggap sebagai sesuatu ”keajaiban”. Suatu bentuk olah raga multi-dimensional dan multi-fungsi serta dapat diikuti secara massal (masyarakat umum), laki-laki dan wanita tanpa batasan umur (asalkan sudah berusia 16 tahun keatas), sehat atau sakit dan untuk agama apapun.. tapi harus beragama!! Bahkan keajaiban yang dihasilkan dari olah raga pernapasan ini sering dituding sebagai sihir atau klenik atau perdukunan.

Sebenarnya apa sih olah raga pernapasan itu? Apa betul dalam waktu yang relatif singkat seseorang yang berlatih bisa memiliki tenaga dalam? Apa tenaga dalam bisa mengobati penyakit sendiri dan membantu mengobati penyakit orang lain? Fisik dan stamina bertambah kuat, tahan pukulan benda keras?

Untuk menjawab itu semua, dapat diuraikan secara sederhana lingkup latihan dan manfaatnya sebagai berikut:

Olah raga pernapasan yang merupakan salah satu jenis dari latihan dari SENDI Islami atau IBDA melandasi latihannya untuk mengolah 3 tiga macam kekuatan yang dimiliki jasmani/rohani seluruh manusia, yaitu:

Kekuatan napas

Kekuatan jurus (saripati jurus)

kekuatan semangat

Setelah dibantu oleh seorang Guru untuk membuka simpul/saluran energi yang terletak 4 cm atau 3 jari dibawah pusar, maka kombinasi/paduan dari latihan ketiga macam kekuatan ini akan membangkitkan  tenaga dalam/hawa murni seseorang yang berlatih.

Catatan : Simpul/saluran energi diistilahkan dalam berbagai bahasa,misalnya: hara atau kime (dalam istilah beladiri Karate), tantien/dantian, kundalini.

Tenaga dalam/hawa murni diistilahkan sebagai bio-energy, chi/qi dan ki, energi vital, prana dan sering disebut Ihru (di daerah Jawa Tengah).

Ad 1. Kekuatan Napas:

Dalam ilmu beladiri pada umumnya, dikenal 3 (tiga) sistem pernapasan, yaitu:

1. Pernapasan dada (chest/normally breathing)

Dada dibusungkan sewaktu menarik napas dan perut dikempiskan. Sistem pernafasan ini digunakan dalam latihan olah raga pada umumnya dan kehidupan sehari-hari.

2. Pernapasan  inti  (diaphragm breathing)

sistem pernapasan ini digunakan Dalam latihan ketrampilan perkelahian (pada kumite dalam Karate).

3. Pernapasan perut (abdominal breathing)

bagaikan napas pada anak Balita, perut digembungkan waktu menarik napas dan dada dikosongkan. Sistem pernapasan ini selalu digunakan dalam Olah Raga Pernapasan.

Dengan menggunakan sistem pernapasan abdominal, maka memungkinkan paru-paru mengambil udara (oksigen) sampai 3,5 kali lipat dari sistem pernapasan dada atau mencapai 4800 CC. Dengan demikian oksigen yang tersedia dalam darah menjadi lebih besar dan melatih sistem pernapasan segi tiga (tarik-tekan-buang) dengan berbagai interval dan variantnya, maka bio-energy/tenaga dalam menjadi aktif dan bisa mengobati berbagai macam penyakit dalam diri sendiri. Dan pada gilirannya dapat mengalirkan bio-energy tersebut keluar dari tubuh untuk membantu mengobati orang lain. Disamping secara fisik akan memiliki pukulan yang lebih keras, mampu mematahkan benda-benda keras dan juga tahan terhadap pukulan.

Ad 2. Kekuatan jurus (saripati jurus):

Dalam ilmu beladiri, jurus-jurus adalah untuk menangkis, mengelak dan untuk menyerang musuh berupa manusia atau binatang buas. Namun jurus-jurus pada Olah Raga Pernapasan adalah untuk menangkis dan menghancurkan musuh yang ada dalam diri sendiri berupa bakteri/kuman yang masuk kedalam tubuh, penyakit karena menurunnya fungsi organ tubuh (degradasi) karena bertambahnya usia atau turunan dan yang terpenting penyakit akibat ”kelakuan sendiri” atau sering diistilahkan psikomatik, serta membentuk sistem pertahanan diri.. walaupun demikian, tenaga dalam yang terbentuk dari latihan kekuatan napas dan jurus dapat menjadi sarana pembelaan diri yang cukup dahsyat dan ampuh, baik dari serangan fisik maupun non fisik!

Karena maksud dan tujuan jurus adalah untuk melawan musuh yang ada dalam diri sendiri, membentuk sistem pertahanan diri dan bila perlu menjadi sarana pembela diri terhadap serangan dari luar, maka bentuk dasar jurus-jurusnya amatlah sederhana dan biasanya berjumlah sedikit (hasil pantauan kami, umumnya 10 jurus dan hanya dengan satu macam kuda-kuda). Akan tetapi jurus-jurus sederhana ini yang dipadukan dengan sistem pernapasan akan membuat tenaga dalam mengalir/terkonsentrasi pada bagian tubuh tertentu, sesuai dengan jurusnya, misalnya:

untuk melancarkan peredaran darah keseluruh tubuh (umum) terkonsentrasi mengalir kearah kelenjar tertentu, contoh: untuk merangsang terbentuknya zat antibodi

memperkuat fungsi organ tubuh, contoh: meningkatkan daya kerja pankreas dalam proses pembentukan insulin

memperkuat otot dan mineralisasi tulang sehingga pukulan menjadi lebih keras, dan lainnya.

Catatan : Perpaduan latihan jurus & napas ini hanya kan ada hasilnya atau hanya akan mampu dilakukan seseorang, setelah simpul/saluran energi terbuka!

Ad 3. Kekuatan Semangat:

Dalam ilmu beladiri umumnya, semangat adalah 50% dari latihan, maksudnya karena semangat anda datang ketempat latihan.Melihat dan mengerti apa yang dilatih adalah 25% dari latihan dan ikut berlatih adalah yang 25% lagi. Tetapi harus diingat bahwa jika anda memiliki poin 75%, maka anda hanya duduk dibangku penonton dan hanya jadi penonton saja. Kalau anda berusaha mendapat yang 25% lagi dengan ikut berlatih, maka kemungkinan anda menjadi juara kalau bisa memiliki poin 100%. Namun kalau hanya dapat poin tambahan 1% saja, sekurang-kurangnya anda sudah menjadi pemain dan bukan penonton saja! Dalam Islamic Defences Art (IBDA) atau SENDI Islami, kekuatan semangat dimaksudkan semangat dalam niat/nawaitu,ikhtiar, istiqamah dan tawakkal dengan cara senantiasa dzikir dalam berlatih maupun kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Allah swt.

Demikianlah uraian singkat dan sederhana mengenai dasar-dasar latihan Olah Raga Pernapasan dan manfaatnya bagi kekuatan fisik,kesehatan dan iman & takwa kepada Allah swt.. Dan mudah-mudahan latihan SENDI Islami ini dapat menjadi sendinya Muslim yang kuat. Dan  siapakah yang harus mulai latihan IBDA ini? Jawabannya adalah Ibda’ binafsik, mulailah dari dirimu dulu! Semoga dengan latihan ini, bisa terbentuk semangat untuk menjadi Muslim yang kuat, sebagai manusia pembangunan dan sebagai pembela agama, bangsa dan negara. Amin..

Mungkin ada baiknya sebelum tulisan ini disudahi, disampaikan pesan Kakek kami kepada cucu-cucunya tersayang (tahun 1968), sebagai berikut :

”Kamu boleh belajar ilmu atau teknologi apapun walau sampai kenegeri-negeri yang jauh seperti China, Inggris dan lainnya, tapi, harus diingat selalu.. ilmu atau teknologi itu tidak membuat kamu lupa sholat & dzikir, tidak menjauhkan kamu dari Dua Kalimat Syahadat dan Al-Qur’an, tidak menyesatkan kamu kearah musyrik dan tidak mengharuskan kamu menjadi penghianat agama, bangsa dan negaramu sendiri”. (Alm. H. Darwis Abdul Muin, Pendiri Muhammadiyah-Padang Panjang).

Mungkin pada kesempatan lainnya akan diuraikan mengenai Olah Raga Pernapasan pada tingkatan lebih tinggi dan Olah Raga Beladiri lainnya yang termasuk dalam lingkup Islami.

Wassalam..

Salam hormat untuk kawan-kawan Thaifah Manshurah dimana saja berada.




The Early Beginning of Islamic Base Defensive Art or IBDA

Hybrid Student  – Gunawan Yasni Featuring The Sensei – Yusmardi Yasni (Muslim Ghafarrah)

This is the beginning of the story how it all began. It is the story of my sensei, my eldest brother Yusmardi Yasni who taught me almost everything in physical self defence – from Karate to Tat Mo Keng – the ancient Japanese & Chinese self defences. We found Islamic Base Defensive Art (In bahasa Indonesia we call it Seni Pertahanan Diri Islami or simply Sendi Islami) together in our neverending journey of combining physical, mental and spiritual self defence in almost every aspect of our lives as muslims.

The story is fortunately in bahasa Indonesia as to be exact in the story telling from my own sensei, my eldest brother, my co-founder of the Islamic Base Defensive Art or simply IBDA of which in arabic terms it also means “start!”. This is the story of how the beginning of IBDA begins according to brother’s perspective.

1971, Jawa Barat Karate Open Tournament & Championship I :

Sorak sorai penonton di stadion olahraga Gelora Pancasila – Bandung, bergemuruh menyambut kemenangan 005.Bdg Timur 1karateka favorit mereka, seorang pemuda tinggi semampai dan berambut agak gondrong yang mahasiswa Fakultas Teknik Mesin dari sebuah institut yang terkenal di Bandung. hanya dalam hitungan detik, Namun sorak sorai itu terhenti setelah announcer mengumumkan bahwa pemuda itu ditunggu oleh orang tuanya di meja panitia. Ternyata orang tua si pemuda tidak membolehkannya meneruskan pertandingan, walaupun panitia dan sensei memohon agar si pemuda boleh meneruskan pertandingan final kejuaraan kumite perorangan yang sangat dinantikan penonton (mengingat si pemuda juga anggota tim dari regu yang telah menjadi juara kejuaraan kumite beregu). Maka terjadilah dialog antara si pemuda karateka dengan ayahnya, sebagai berikut :

Ayah : Papa mengirim dan membiayai kamu kesini utuk kuliah sebagai bekal hidupmu nanti, bukan untuk diadu-adu kayak ayam jago atau belajar jadi preman atau jagoan berkelahi.

Karateka : Nanda belajar karate bukan untuk jadi jagoan berkelahi atau mencari musuh, tetapi untuk menempa diri agar memiliki mental dan fisik yang kuat, juga untuk memperluas pergaulan (berkawan dengan sesama mahasiswa dari fakultas dan perguruan tinggi lain, juga dari kalangan militer dan lainnya). Dengan mental dan fisik yang kuat ditambah bekal ilmu pengetahuan dari bangku kuliah, maka nanda lebih siap bekerja keras dalam bidang dan medan kerja seberat apapun. Pergaulan yang luas, maka nanda mampu berkomunikasi dengan berbagai kalangan intelektual. Disertai dengan kemampuan beladiri (self defence), membuat nanda tidak pernah minder atau takut terhadap bangsa lain.

Namun akhirnya tetap saja si pemuda tidak diizinkan meneruskan pertandingan final dan harus segera kedokter untuk mengganti tampon (perban halus) dirongga hidungnya yang sudah kotor dan berdarah. Memang, si pemuda baru menjalani operasi sinusitis sehari sebelum pertandingan yang memakan waktu 2 hari (dari pagi s/d malam), kemudian harus rela menerima tambahan 2x suntikan pen-strep agar tidak terjadi infeksi serta sekali lagi suntikan untuk penahan rasa sakit. Jadi total selama 3 hari menerima 9x suntikan dan 14x bertanding kumite beregu & perorangan.

Cerita ini bukan direka-reka, karena si pemuda karateka itu adalah saya sendiri : Yusmardi Yasni.

Sebagai ilustrasi bahwa dialog ini bisa terjadi, maka ada baiknya dituliskan sumpah seorang karateka, seperti di bawah ini :

Sumpah Karate

Kami bersumpah,

1. Sanggup memelihara kepribadian

2. Sanggup patuh pada kejujuran

3. Sanggup mempertinggi prestasi

4. Sanggup menjaga sopan santun

5. Sanggup menguasai diri

Bagi seorang karateka sejati yang telah ratusan bahkan ribuan kali mengikrarkan Sumpah Karate, maka tentu akan mempengaruhi jiwa/karakternya dan dengan ”semangat berlatih” akan menghasilkan kekuatan fisik yang prima serta mentalitas yang tangguh. Sedangkan dari segi kedisiplinan penggunaan ilmu/seni beladiri  sudah ada aturannya sendiri dalam 10 pasal ”Dasa Prasetya Karateka” yang mencegah keterlibatan seorang karateka dalam premanisme dan tindak kejahatan lainnya.

Tentunya diharapkan dari olahraga beladiri ini dapat dihasilkan manusia pembangunan yang memiliki fisik dan mental yang tangguh (gak cengeng). Beriman dan takwa kepada Allah swt. Ada baiknya kita bercermin pada keberhasilan bangsa Jepang ”Sang Macan Asia” yang berhasil mewariskan semangat Bushido pada generasi mudanya sebagai semangat pembangunan bangsa dan negara.

Dan setelah berusia 49 tahun (sekarang 62 tahun), mencontoh para sensei di Jepang yang telah berusia lanjut dalam mempertahankan ketangguhan fisik, kesehatan dan mentalnya agar selalu menjadi manusia produktif, saya menekuni Olah Raga Pernafasan untuk mempertahankan (atau bila mungkin meningkatkan) kekuatan fisik, mental dan kesehatan, serta yang tepenting meningkatkan keimanan/ketakwaan kepada Allah swt.

Pada saat ini, setelah hampir 7 tahun sebagai praktisi dan pelatih pada sebuah organisasi olah raga pernapasan, dimana tenaga dalam adalah bagian dari latihan. Kami merasakan tetap fit & proper sebagaimana pada tahun 1971, sebagian dari pengalaman pribadi ini akan kami sharing dengan pemerhati sekalian dalam Seni Pertahanan Diri Islami atau SENDI Islami (yang dalam bahasa Inggris Islamic Base Defensive Art atau IBDA)