Membangun Sumber Daya Insani atau SDI – 2

The Hybrid Student – Gunawan Yasni (Muslim Ghafarrah)

Islamic Base Defensive Art (IBDA) adalah kompilasi dari Physical & Metaphysical Self Defence (Bela Diri Fisik dan Metafisik) yang mengacu kepada ke-tauhid-an akan ke-esa-an Allah SWT sebagai sumber kebenaran sesungguhnya dengan memperhatikan cara-cara Rasulullah SAW berolah raga dan berolah jiwa dalam hidup sehatnya. Dalam mempelajari IBDA untuk memperkuat fisik, mental dan spiritualnya dengan latihan-latihan fisik dan metafisik tertentu dengan mengharap keridhaan Allah SWT, kita mengenal kekuatan yang benar-benar dari Allah SWT yaitu Al Kuwwah Al Ilaahiyah dan kekuatan lain pada saat kita lupa mengingat Allah yaitu Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah. Dengan IBDA, yang kita coba dapatkan dengan keridhaan Allah SWT adalah tentu Al Kuwwah Al Ilaahiyah sehingga dalam latihan untuk meningkatkan kekuatan fisik, mental dan spiritual, jelas kita harus senantiasa mengingat Allah SWT – Tuhan Semesta Alam karena besar kemungkinan pada saat berlatih dan kita lupa mengingat Allah, maka yang kita peroleh adalah Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah. Ada satu phrase dalam bible yang cukup sering dikutip; “In the absence of light, darkness comes – Dalam ketiadaan cahaya, kegelapan dating.” Al Kuwwah Al Ilaahiyah adalah cahaya. Ketiadaan cahaya akan mengakibatkan Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah datang.

Dalam kebijakan ekonomi dan keuangan, banyak contoh-contoh di mana kekuatan ekonomi & keuangan dibangun dari Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah. Setiap kebijakan yang dibuat tanpa mempertimbangan Al Qur’an dan As Sunnah, bahkan dengan jelas-jelas sengaja mengimplementasikan yang bertentangan dengan keduanya semisal kebijakan berbasis riba, maka itu adalah kekuatan ekonomi dan keuangan yang berbasis Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah yang dijamin Allah akan dihancurkan pada waktunya. Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah telah mengakibatkan tidak diberkahinya rizqy sebagian besar dari kita karena diperoleh dari cara-cara yang mengandalkan Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah seperti korupsi, pemerasan, membuat susah orang lain dan sebagainya. Perkembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia dapat dipandang sebagai Al Kuwwah Al Ilaahiyah yang mulai memberantas Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah dalam ekonomi dan keuangan.

Bagaimana dengan manusianya sebagai pelaku? Setiap praktisi IBDA menyadari bahwa kekuatan untuk mengejawantahkan kebaikan apapun di muka dunia ini untuk kebaikan di akhirat harus dimulai dari dirinya sendiri dengan perkataan yang kita kenal dalam bahasa syariah ”IBDA bi nafsik” – mulai dari dirimu sendiri.

Untuk itulah IBDA dibutuhkan sebagai satu metode peningkatan seni pertahanan diri atas sumber daya insani yang ditujukan tidak hanya membuat seorang itu menjadi profesional pada bidang kerjanya tapi juga secara fisik, mental dan spiritual kuat menghadapi segala macam tantangan, baik yang timbul dari bidang kerjanya maupun hidupnya secara keseluruhan. Dengan IBDA diharapkan sumber daya insani terlatih untuk menjadi orang-orang yang senantiasa mengingat Allah dalam bernapas, diam atau bergeraknya dan senantiasa memikirkan kejadian penciptaan alam dan dirinya, sebagaimana petikan Surah Ali Imran (3) : 190-191 yang mengatakan:
”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Para praktisi IBDA adalah orang-orang yang senantiasa beramal shalih dan untuk orang-orang yang beramal shaleh dalam Surah An Nahl (16) : 97 Allah menjanjikan:
”Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” Dengan demikian, bukan tidak mungkin orang-orang yang berlatih IBDA suatu saat menjadi bagian dari orang-orang shalih yang diberi karamah oleh Allah SWT karena keridhaanNya.

Dalam sejarah, cikal bakal praktisi IBDA yang utama bisa digambarkan dengan dialog-dialog sebagai berikut:

Saat Ali bin Abi Thalib r.a. menjelang duel menghadapi 100 pendekar Quraisy yang ditakuti, Rasulullah SAW bersabda memuji keimanan dan keberanian Ali, “ Hari inilah (hari yang menentukan) sosok keimanan seutuhnya berhadapan dengan sosok kekafiran yang sempurna; tidak ada pedang melainkan dzulfiqar dan tidak ada laki-laki kecuali Ali.”

Rasulullah SAW bersabda membanggakan Ali, “Akulah kota ilmu dan Ali adalah pintunya, barang siapa bersungguh-sungguh mencari ilmuku, seyogyanya datang lewat pintunya.” Sabdanya lagi, “Ya Ali, wahai Ali, kedudukanmu terhadapku seperti kedudukan Harun dengan Musa, hanya saja tidak ada Nabi sesudahku.”

Menjelang bulan-bulan terakhir hidup Rasulullah SAW berwasiat di hadapan ribuan kaum muslimin, “Barang siapa yang selama ini aku adalah walinya, maka kini Ali adalah walinya.” Kemudian dilanjutkan dengan do’anya yang maqbul, “Yaa Allah, jadilah Engkau wali atas siapa saja yang berwali kepada Ali dan jadilah Engkau musuh bagi siapa yang memusuhi Ali.”

Adapun perkataan-perkataan Ali r.a. tentang Rasulullah SAW:

“Aku, tak ubahnya seperti anak onta yang tidak bisa sejenakpun berpisah dengan induknya.”

“Tiadalah aku memiliki ilmu tentang segala sesuatu, kecuali setelah Rasulullah SAW mengajarkannya padaku.”

IBDA dikembangkan dengan banyak meneladani Rasulullaah SAW dan murid langsungnya yaitu Ali r.a. yang juga adalah menantunya, karena sebagai bagian langsung dari keluarga Rasulullah SAW, banyak sekali cerita-cerita detil mengenai kehidupannya terutama dalam olah raga dan olah jiwanya.

Penggambaran IBDA sebagai cabang ilmu rasanya cukup pantas meneladani perkataan Ali r.a. :

“Ilmu adalah kekuatan. Barang siapa mendapatkannya, dia akan menyerang dengannya, dan barang siapa yang tidak mendapatkannya, dialah yang akan diserang olehnya.”




Membangun Sumber Daya Insani atau SDI – 1

The Hybrid Student – Gunawan Yasni (Muslim Ghafarrah)

Sharia AmbassadorMemasuki abad 21, banyak masyarakat muslim yang dibingungkan dengan berkembangnya budaya-budaya bid’ah, liberalisme, klenik dari dalam masyarakat muslim sendiri ataupun masyarakat di luar muslim. Disebut budaya karena bukan timbul dari pemahaman tauhid yang sudah jelas benar dalam Islam yaitu Laa ilaha illallaah, Muhammadar Rasuulullaah. Di sinilah peran pemberdaya syariah dibutuhkan untuk membangun pelaku-pelaku kehidupan dengan pengetahuan dan pemahaman luas yang tangguh lahir-batin untuk mengimplementasikan, memelihara dan meningkatkan iman dan takwa masyarakat dalam bidang yang seluas-luasnya termasuk ekonomi, politik, pertahanan nasional dan tentunya diri sendiri dan keluarganya dengan tauhid yang benar.

Sebagai contoh dalam ekonomi, besaran keberhasilan dalam perekonomian sangat banyak ditentukan oleh insan-insan pelakunya. Oleh karenanya pengetahuan dan pemahaman luas serta ketangguhan lahir-batin dalam diri masing-masing insan tersebut akan sangat menentukan kapasitas dan produktivitas ekonomi yang bisa dihasilkan. Untuk itu dibutuhkan satu metode peningkatan seni pertahanan diri atas sumber daya insani yang Gunawan Yasni Blankonditujukan tidak hanya membuat seorang itu menjadi profesional pada bidang kerjanya tapi juga secara fisik, mental dan spiritual kuat menghadapi segala macam tantangan, baik yang timbul dari bidang kerjanya maupun hidupnya secara keseluruhan. Seorang pemberdaya syariah sebaiknya membekali dirinya dengan apa yang disebut sebagai Islamic Base Defensive Art atau IBDA.

Syariah sendiri disepakati untuk diterjemahkan sebagai “Jalan Mendekatkan Diri Kepada Allah Tuhan Semesta Alam”, Allah Yang Al Qowiy (Maha Kuat) dan Al Waliy (Maha Melindungi) juga Allah Yang Al Muhyi (Maha Menghidupkan) dan Al Mumit (Maha Mematikan). Memang kata syariah telah ada dalam Gunawan Yasni-BRISyariah Award-05bahasa Arab sebelum turunnya Al Qur’an. Kata yang semakna dengannya juga telah ada dalam Taurat dan Injil yang mengisyaratkan pada pemaknaan ”wahyu kehendak Tuhan sebagai wujud kekuasaanNya atas manusia” berdasarkan nalar kritis syariah Muhammad Said Al Asymawi yang dikutip Encyclopedia Britannica. Dengan demikian IBDA sejalan dengan Syariah yaitu seni pertahanan diri yang tujuannya adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai Tuhan Semesta Alam dengan tauhid yang jelas benar.

Masyarakat timur dan barat lainnya, dalam sekian tahun terakhir ini, banyak yang mencari metode pencerahan mental spiritual yang katanya membuat mereka lebih siap menghadapi berbagai macam tantangan pekerjaan danGunawan Yasni-BRISyariah Award-02 kehidupan yang lebih besar. Metode pencerahan mental spiritual ini sendiri disinyalir mampu mengangkat kemampuan fisik dan non-fisik kepada tingkat yang lebih baik. Namun banyak masyarakat muslim yang dibingungkan dengan pendapat-pendapat di kalangan masyarakat muslim sendiri yang mengatakan bahwa metode semacam ini melibatkan unsur-unsur klenik, jin bahkan syaithan yang semakin menjauhkan dari Islam. Islamic Base Defensive Art dibuat atau lebih tepatnya dikompilasi dari Physical & Metaphysical Self Defence (Bela Diri Fisik dan Metafisik) yang mengacu kepada tauhid yang jelas benar dengan memperhatikan cara-cara Rasulullah SAW berolah raga dan berolah jiwa dalam hidup sehatnya. Kehadiran IBDA adalah untuk meluruskan tudingan-tudingan miring bid’ah dan klenik kepada setiap muslim yang berupaya memperkuat fisik, mental dan spiritualnya dengan latihan-latihan fisik dan metafisik tertentu dengan mengharap keridhaan Allah SWT.

BRISyariah Award-04Intinya adalah melakukan olah gerak dan olah napas sekaligus olah jiwa berbasis spiritualisme Islam sebagai upaya peningkatan kekuatan tubuh dan kesehatan serta ikhtiar pengobatan atas berbagai penyakit fisik dan non-fisik sesuai dengan inti kehidupan seorang muslim yang mengolah gerak, napas, jiwa dengan spiritualisme Islam untuk mencari ridha Allah SWT. Bisa dikatakan sebagai refleksi dari ikrar seorang muslim ketika ia beribadah, ”Qul inna shalaati wanusukii wamahyaaya wamamaatii lillaahi rabbil ’alamiin” (Yaa Allah, aku berikrar, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah Tuhan Semesta Alam).

Dalam Surah Ali Imran (3) : 190-191 Allah berfirman:
”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Dengan IBDA diharapkan sumber daya insani terlatih untuk menjadi orang-orang yang senantiasa mengingat Allah dalam bernapas, diam atau bergeraknya dan senantiasa memikirkan kejadian penciptaan alam dan dirinya. Manusia adalah ciptaan Allah kedua terbesar setelah alam semesta sesuai dengan firmanNya Surah Al Mu’min (40) : 57 ”Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui.”

Unsur-unsur yang banyak ada di alam semesta secara makrokosmos ada juga di dalam manusia secara mikrokosmos. Tapi kebanyakan dari manusia tidak mengetahuinya. Manusia yang menyadari dan mempelajari unsur-unsur alam yang ada dalam dirinya akan menjadi perintis, penyelaras, pemberdaya dan tentu saja menjadi panutan manusia dan bermanfaat bagi alam semesta sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW sesuai dengan firman Allah dalam Surah Al Anbiya (21) : 107 ”Dan tidaklah Kami utus kamu (ya, Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” Atau dengan kata-kata yang lain menjadi sumber daya insani yang mampu menjadi pembuka bagi orang lain dalam memperoleh penyelarasan dan pemberdayaan dalam hidup untuk mencari Ridha Allah SWT. Mengolah unsur-unsur di alam semesta secara makrokosmos menurut ilmu fisika akan menghasilkan kekuatan-kekuatan tertentu. Sama halnya dengan mengolah unsur-unsur dalam diri manusia secara mikrokosmos menurut ilmu metafisika akan menghasilkan kekuatan-kekuatan tertentu. Tudingan-tudingan bahwa ilmu metafisika sama dengan ilmu sihir menjadi tidak beralasan selama fenomena ilmu fisika secara makrokosmos di alam semesta sama dengan fenomena ilmu metafisika secara mikrokosmos dalam diri manusia. Ilmu fisika terapan telah berhasil menciptakan bahan-bahan baja ringan yang lebih kuat dari besi baja yang kita kenal selama ini, sebagaimana dalam IBDA yang berisikan latihan-latihan fisik dan metafisik tertentu telah memperkuat manusia sehingga bisa mematahkan besi keras dengan pukulan tangan kosong, dan ini bukan ilmu sihir. Ilmu fisika terapan juga telah mampu menciptakan penglihatan berdasarkan energi panas benda-benda, sebagaimana dalam IBDA latihan metafisik tertentu telah membuat sensitif penglihatan manusia sehingga bisa melihat wujud benda-benda dalam warna-warna aura energinya, dan sekali lagi ini bukan sihir. Tingkatan ilmu ini jauh di bawah karamah orang-orang shalih atau bahkan mu’jizat para nabi. Namun bukan tidak mungkin orang-orang yang berlatih IBDA suatu saat menjadi bagian dari orang-orang shalih yang diberi karamah oleh Allah SWT karena keridhaanNya.

Berolah gerak, napas dan jiwa berbasis spiritualisme Islam untuk membentuk manusia-manusia yang sehat, memiliki tubuh yang kuat, mental yang tangguh disertai moral dan etika yang tinggi dan senantiasa mencari ridha dan lindungan Allah Tuhan Semesta Alam sesungguhnya mengacu kepada yang tersurat dan tersirat dalam Hadits Nabi Muhammad SAW, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari & Muslim sebagai berikut:
“Muslim yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada muslim yang lemah”.

Kekuatan ekonomi, politik, ketahanan nasional dan lainnya banyak ditentukan oleh kekuatan sumber daya insani yang menjadi pelaku kehidupan. Kekuatan fisik dan pikiran, juga kekuatan mental dan spiritual sumber daya insani baik secara individu ataupun kolektif menjadi modal utama pengembangan ekonomi, politik dan ketahanan nasional. Dan IBDA merupakan salah satu bagian dalam Jalan Mendekatkan Diri Kepada Allah Tuhan Semesta Alam (bukan hanya Tuhan Kaum Muslim) dari para pelakunya.




The Early Beginning of Islamic Base Defensive Art or IBDA

Hybrid Student  – Gunawan Yasni Featuring The Sensei – Yusmardi Yasni (Muslim Ghafarrah)

This is the beginning of the story how it all began. It is the story of my sensei, my eldest brother Yusmardi Yasni who taught me almost everything in physical self defence – from Karate to Tat Mo Keng – the ancient Japanese & Chinese self defences. We found Islamic Base Defensive Art (In bahasa Indonesia we call it Seni Pertahanan Diri Islami or simply Sendi Islami) together in our neverending journey of combining physical, mental and spiritual self defence in almost every aspect of our lives as muslims.

The story is fortunately in bahasa Indonesia as to be exact in the story telling from my own sensei, my eldest brother, my co-founder of the Islamic Base Defensive Art or simply IBDA of which in arabic terms it also means “start!”. This is the story of how the beginning of IBDA begins according to brother’s perspective.

1971, Jawa Barat Karate Open Tournament & Championship I :

Sorak sorai penonton di stadion olahraga Gelora Pancasila – Bandung, bergemuruh menyambut kemenangan 005.Bdg Timur 1karateka favorit mereka, seorang pemuda tinggi semampai dan berambut agak gondrong yang mahasiswa Fakultas Teknik Mesin dari sebuah institut yang terkenal di Bandung. hanya dalam hitungan detik, Namun sorak sorai itu terhenti setelah announcer mengumumkan bahwa pemuda itu ditunggu oleh orang tuanya di meja panitia. Ternyata orang tua si pemuda tidak membolehkannya meneruskan pertandingan, walaupun panitia dan sensei memohon agar si pemuda boleh meneruskan pertandingan final kejuaraan kumite perorangan yang sangat dinantikan penonton (mengingat si pemuda juga anggota tim dari regu yang telah menjadi juara kejuaraan kumite beregu). Maka terjadilah dialog antara si pemuda karateka dengan ayahnya, sebagai berikut :

Ayah : Papa mengirim dan membiayai kamu kesini utuk kuliah sebagai bekal hidupmu nanti, bukan untuk diadu-adu kayak ayam jago atau belajar jadi preman atau jagoan berkelahi.

Karateka : Nanda belajar karate bukan untuk jadi jagoan berkelahi atau mencari musuh, tetapi untuk menempa diri agar memiliki mental dan fisik yang kuat, juga untuk memperluas pergaulan (berkawan dengan sesama mahasiswa dari fakultas dan perguruan tinggi lain, juga dari kalangan militer dan lainnya). Dengan mental dan fisik yang kuat ditambah bekal ilmu pengetahuan dari bangku kuliah, maka nanda lebih siap bekerja keras dalam bidang dan medan kerja seberat apapun. Pergaulan yang luas, maka nanda mampu berkomunikasi dengan berbagai kalangan intelektual. Disertai dengan kemampuan beladiri (self defence), membuat nanda tidak pernah minder atau takut terhadap bangsa lain.

Namun akhirnya tetap saja si pemuda tidak diizinkan meneruskan pertandingan final dan harus segera kedokter untuk mengganti tampon (perban halus) dirongga hidungnya yang sudah kotor dan berdarah. Memang, si pemuda baru menjalani operasi sinusitis sehari sebelum pertandingan yang memakan waktu 2 hari (dari pagi s/d malam), kemudian harus rela menerima tambahan 2x suntikan pen-strep agar tidak terjadi infeksi serta sekali lagi suntikan untuk penahan rasa sakit. Jadi total selama 3 hari menerima 9x suntikan dan 14x bertanding kumite beregu & perorangan.

Cerita ini bukan direka-reka, karena si pemuda karateka itu adalah saya sendiri : Yusmardi Yasni.

Sebagai ilustrasi bahwa dialog ini bisa terjadi, maka ada baiknya dituliskan sumpah seorang karateka, seperti di bawah ini :

Sumpah Karate

Kami bersumpah,

1. Sanggup memelihara kepribadian

2. Sanggup patuh pada kejujuran

3. Sanggup mempertinggi prestasi

4. Sanggup menjaga sopan santun

5. Sanggup menguasai diri

Bagi seorang karateka sejati yang telah ratusan bahkan ribuan kali mengikrarkan Sumpah Karate, maka tentu akan mempengaruhi jiwa/karakternya dan dengan ”semangat berlatih” akan menghasilkan kekuatan fisik yang prima serta mentalitas yang tangguh. Sedangkan dari segi kedisiplinan penggunaan ilmu/seni beladiri  sudah ada aturannya sendiri dalam 10 pasal ”Dasa Prasetya Karateka” yang mencegah keterlibatan seorang karateka dalam premanisme dan tindak kejahatan lainnya.

Tentunya diharapkan dari olahraga beladiri ini dapat dihasilkan manusia pembangunan yang memiliki fisik dan mental yang tangguh (gak cengeng). Beriman dan takwa kepada Allah swt. Ada baiknya kita bercermin pada keberhasilan bangsa Jepang ”Sang Macan Asia” yang berhasil mewariskan semangat Bushido pada generasi mudanya sebagai semangat pembangunan bangsa dan negara.

Dan setelah berusia 49 tahun (sekarang 62 tahun), mencontoh para sensei di Jepang yang telah berusia lanjut dalam mempertahankan ketangguhan fisik, kesehatan dan mentalnya agar selalu menjadi manusia produktif, saya menekuni Olah Raga Pernafasan untuk mempertahankan (atau bila mungkin meningkatkan) kekuatan fisik, mental dan kesehatan, serta yang tepenting meningkatkan keimanan/ketakwaan kepada Allah swt.

Pada saat ini, setelah hampir 7 tahun sebagai praktisi dan pelatih pada sebuah organisasi olah raga pernapasan, dimana tenaga dalam adalah bagian dari latihan. Kami merasakan tetap fit & proper sebagaimana pada tahun 1971, sebagian dari pengalaman pribadi ini akan kami sharing dengan pemerhati sekalian dalam Seni Pertahanan Diri Islami atau SENDI Islami (yang dalam bahasa Inggris Islamic Base Defensive Art atau IBDA)




The Unseen Pain Of Gunawan Yasni

iwankid6

Gunawan Yasni setelah operasi kaki yang rachitis

iwankid4

Gunawan Yasni kembali ke pelukan ayahanda dan ibunda tercinta

iwankid5

Bersama dengan ahli bedah tulang dari Australia Dr. John S. Roarty dan istri

iwankid3

Kembali Belajar Melangkah

iwankid7

Ditemani dengan da’yus da’yung ni’wati dan ni’ina

iwankid1

Ulang tahun yang ke-8

iwankid2

Foto bersama nenek

YoungMGY

Mahasiswa FEUI

the8th

Kelulusan Magister (MBA/MM)

MGYPIC1c

Mulai Menjalani Hidup Sebenarnya




Hikmah Nuzulul Qur’an

Hikmah Nuzulul Qur’an kali ini yang dapat saya petik dari masjid kebanggaan Umat Islam Indonesia yaitu masjid Istiqlal, adalah penampilan dar Dr. Zainul Yasni yang benar-benar kena dihati.

Uraiannya begitu lengkap dengan permainan kata-kata dan susunannya yang aduhai yang kalau saya nilai dari isinya sudah terpenuhi semuanya. Walaupun uraiannya ini dengan teks tapi saya yakin ini adalah buah karangannya sendiri yang begitu sedap untuk dijadikan santapan sehabis berbuka puasa.

Selain isinya yang padat juga dapat dinikmati alunan suaranya yang walaupun tidak semerdu Nanang Qosim misalnya tapi sudah dapat diacungkan jempol karena kebolehannya dalam pengucapan bahasa Arabnya yang benar-benar tepat dan fasih sekali. Entah ini karena beliau sering bermain di negeri Arab sesuai dengan jabatannya sebagai Ketua Team Koordinasi kegiatan Ekspor Timur Tengah. Tetapi yang jelas salut saya adalah bahwa ternyata masih ada seorang teknokrat yang dapat diandalkan kebolehannya dalam penampilannya di forum Agama Islam yang begitu formil.

Mudah-mudahan untuk masa-masa yang akan datang, pengurus Istiqlal tidak salah pilih dalam menampilkan pembicara-pembicara yang seharusnya banyak memberikan nasihat dan bimbingan kepada pendengarnya, tapi malah sebaliknya banyak yang tidak berhubungan dengan masalah Islam yang sedang dirayakan hari besarnya tersebut.

Salut untuk Bapak Dr. Zainul Yasni mudah-mudahan “Ilmu Garam” yang Bapak kemukakan dapat hidup di bumi Nusantara yang sedang membangun ini. Amin

Achmad Golyobi
Jl. Karet Kubur
Gg. H. Latief Rt.013/06
Jakarta

Catatan Redaksi;
6 Surat senada diterima Redaksi

Ilmu Garam Bukan Ilmu Gincu 001