Ekonomi Swadaja – Membangun Daerah Untuk Kemakmuran Bangsa (Introduction)

Datuk Janggut-Hatta-Yasni 7The Doctor – Zainul Yasni (Muslim Ghafarrah)
Dengan Case Study: Sulawesi Selatan

Dissertasi – Untuk mentjapai gelar doctor dalam Ilmu Ekonomi pada Universitas Hasanuddin di Makassar, atas kuasa Rektor Letkol. Dr. M. Natzir Said S.H.
Dibela dimuka umum dalam gedung Universitas Hasanuddin pada tanggal 26 Pebruari 1968 pukul 9 pagi.

Motto: Menudju pelaksanaan prinsip ekonomi dalam membangun ekonomi Rakjat dan Negara.
– (Mohammad Hatta)

Berpangkal pada tani dan desa
Berkembang dalam industri dan mesin
Berudjung dalam masjarakat Adil dan Makmur
Berdasar Pantja Sila, dalam ampunan Tuhan Jang Maha Esa
– (Crash Program Pangan Sulawesi Selatan)

Untuk: Ibunda, Ajahanda, Istriku An, Anak-anakku Jus, Eddy, Enny, Wati, Hasanuddin, Ina, dan Rita jang kutjintai.

Pengantar

Aksi Zainul Yasni Sebagai Teknokrat 01Perdjuangan memperoleh kemerdekaan mengalahkan pendjadjahan dan perdjuangan mengisi kemerdekaan mengalahkan kemiskinan, telah menempatkan para sardjana kepada bidang tugas penting, jaitu lapangan pengabdian masjarakat, disamping tugas ilmijah dan pembinaan karakter generasi baru Indonesia.

Selama 6 1/2 tahun membantu pimpinan daerah Sulawesi Selatan dalam bidang ekonomi dan pembangunan, disamping mengadjar di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, maka uasaha pengabdian itu telah pula merupakan lapangan field research jang sangat menarik dan jang sangat memberikan suatu gairah jang jauh berbeda dengan gairahnja suatu library research dari latji-latji dan lemari perpustakaan. Disini ,,perpustakaan”-nja adalah: alam, ternak dilapangan hidjau, padi disawah, hutan ikan, sungai dan laut serta manusia jang mentjari hidup diatasnja.

thesis jang dikemukakan ini adalah terutama hasil dari pengalaman dan penjelidikan ditempat (on the spot-experiences dan field research) jang demikian itu. -Djakarta, awal tahun 1968-

Pendahuluan

Aksi Zainul Yasni Sebagai Teknokrat 03Swadaja adalah kata sanskrit jang berarti oto-aktivita, jaitu kegiatan produk-kreatif jang timbul dari semangat dan kemauan jang datang dari dalam diri seseorang atau berupa konsensus didalam pergaulan sekumpulan orang atau suatu daerah, didorong terutama oleh kesadaran ekonomis akan kebutuhan hidup.

Dengan demikian swadaja itu mungkin timbul dari perorangan ataupun organisasi. *)-Swadaja berbeda dengan swasembada, jang berarti serba tjukup sendiri (selfsufficiency) dan mendekati pengertian autarki-(*

Terasanja kebutuhan itu ditentukan tidak sadja oleh hal-hal jang datang dari dalam, tetapi banjak pula dipengaruhi oleh semangat dan keadaan disekitarnja, termasuk rentjana-rentjana umum jang ditetapkan oleh pimpinan masjarakat (pemerintah, wibawa pimpinan dan lembaga-lembaga jang dapat mempengaruhi tindakan-tindakan masjarakat).

Dengan demikian, maka swadaja itu pada hakekatnja bukanlah tindakan sepihak dari orang atau kumpulan maupun satuan daerah tadi. Dia sebenarnja merupakan synthese jang terpadu setelah mengalami ,,pergolakan” antara kemauan sendiri atau kumpulan dengan kehendak serta daja tolak dan tarik jang datang dari luar.

Dalam pada itu, pimpinan masjarakat dengan tindakannja setjara swadaja dapat memantjing timbulnja swadaja-Aksi Zainul Yasni Sebagai Teknokrat 04swadaja dalam masjarakat dan dapat pula melingkarinja dengan berbagai tjara incentive dan dis-incentive, bimbingan serta pengarah-an kegiatan, demikian rupa sehingga swadaja jang timbul itu merupakan kegiatan produktif-kreatif jang terpadu dari unsur-unsur individualita dan unsur-unsur kollektivita. Disini hak kebebasan asasi bertaut dengan hak kedaulatan kollektif!

Ekonomi-swadaja, ialah semangat dan pembawaan membangun ekonomi berdasarkan djiwa seperti jang tersebut diatas. Intinja terletak dalam proces ,,tantangan dan sambutannja” (challenge and response) jang setjara praktis ditimbulkan, dibimbing dan diarahkan menudju tingkat kegiatan ekonomi jang lebih tinggi dengan bertitik berat kepada swadaja.

Aksi Zainul Yasni Sebagai Teknokrat 06Ia dapat merupakan landasan pokok (guiding principle) tentang tjara membangun, meskipun ia bukan sistim pada dirinja. Ibarat orang menembak, istilah ini tidak bermaksud menundjukkan sistim dan teori menembak, tetapi hendaknja ia pertama-tama mendjadi sumber semangat dan landasan sikap mental sipenembak (the man behind the gun), jang dengan sendirinja tentu akan berkesan pula dalam pembentukan dan pembinaan sistim dan tjara-tjara pembangunan. Akan tetapi sistim ekonomi Indonesia jang hendak kita bina, – jakni bukan totaliter komunis dan bukan pula liberal kapitalis -, hanja akan dapat tumbuh, berkembang dan berakar, manakala ia didasarkan atas semangat dan pembawaan ekonomi swadaja jang demikian itu.

Aksi Zainul Yasni Sebagai Teknokrat 08Selandjutnja pula dikatakan, bahwa ekonomi swadaja adalah intisari dari demokrasi ekonomi dan kepribadian Pantja Sila jang berlandaskan kebebasan dan keter-arah-an menurut suatu konsensus jang ditetapkan dengan musjawarah bersama. Tiap tindakan ekonomi dan sosial berdasar swadaja jang dengan bidjaksana diarahkan itu tentu akan dilakukan dengan rasa tanggung djawab kepada diri, masjarakat dan Tuhan Jang Maha Esa.

Swadaja jang berkembang adalah pertanda bagi dihormatinja hak-hak asasi manusia dan terlaksananja djaminan hukum bagi milik dan usaha, baik perorangan maupun persekutuan. Bakat dan kesanggupan dapat berkembang. Agama dan kepertjajaan dapat diamalkan. Semuanja itu dalam rangka kerukunan dan toleransi hidup bersama sebangsa dan setanah air, dibawah bimbingan suatu pemerintah pilihan rakjat jang berwibawa dan tjakap serta tangkas dalam menindak unsur-unsur perusak masjarakat. Tanpa iklim jang demikian swadaja tidak akan tumbuh, apalagi akan berkembang!

Dan atas dasar itu pulalah mudah kiranja dipahamkan, bahwa ekonomi swadaja itu bertolak belakang dengan sentralisme ekonomi totaliter, baik fascis ataupun militaris, apalagi komunis!

sedjalan dengan itu,dalam Ketetapan No. XXI tahun 1966, MPRS telah memutuskan untuk memenuhi tuntutan hatinurani daerah dengan memberikan ,,otonomi seluas-luasnja kepada daerah dengan menjerahkan semua urusan kepada daerah berikut semua aparatur dan keuangannja, ketjuali hal-hal bersifat nasional jang akan diatur dan ditentukan dengan undang-undang”.

ketetapan itu mendjelaskan pula, bahwa jang ditudju dengan otonomi luas ialah ,,pendewasaan daerah menudju swadaja dan swasembada dalam segala bidang”, ,,sehingga akan lebih tjepat pula tertjapainja masjarakat Sosialis Pantja Sila”.

Oleh karena bidang ekonomi merupakan bidang jang penting sekali dalam pembangunan, maka kiranja tidaklah akan berkelebihan apabila dikatakan, bahwa sebenarnya ekonomi-swadaja adalah mahkota dari otonomi luas itu!

Demikian ekonomi-swadaja itu selaku landasan pokok dalam menggerakkan pembangunan, dengan sendirinja mempunyai implikasi dalam kebidjaksanaan dan tjara-tjara membangun, guna mentjapai hasil jang sebesar-besarnja dengan biaja sedikit-dikitnja dalam rangka mempertinggi tingkat kemakmuran Bangsa. Hal ini jang hendak didjeladjahi dan hendak kami kemukakan dalam keseluruhan buku ini.

Kami mengambil Sulawesi Selatan sebagai case study dan sebagai arena tempat membuktikan kejakinan kami, adalah karena berpengalaman disamping sebagai Dosen Fakultas Ekonomi Hasanuddin, selama 6 1/2 tahun membantu sekuat tenaga pimpinan masjarakat daerah itu dibidang ekonomi dan pembangunan jang notabene banjak sekali digerakkan dengan membangkitkan dasar-dasar dan semangat swadaja tersebut. Dengan demikian maka kesimpulan-kesimpulan dan thesis jang dikemukakan diperoleh dengan tjara induksi dan pragmatis serta disoroti dengan alam pikiran deduksi dan teori.

kami jakin, bahwa didalam ekonomi-swadaja sebagai landasan pokok jang dikemukakan untuk membangun Sulawesi Selatan itu, banjak terdapat unsur-unsur jang bernilai umum dan dapat digunakan djuga didaerah-daerah lain dalam rangka pembangunan nasional. Tentu Sadja dengan beberapa modifikasi jang bersifat operasionil sesuai dengan kondisi disana, guna mentjapai effisiensi jang sebesar-besarnja.

Inilah sebab-sebab terpenting jang menjebabkan kami memakai istilah ,,Ekonomi Swadaja” untuk djudul dissertasi ini atas dasar kejakinan, bahwa kuntji utama dalam mentjapai tjita-tjita kemakmuran rakjat dalam masjarakat Adil Makmur jang diidam-idamkan itu, untuk bahagian jang integral terletak pada berhasil tidaknja kita mentjiptakan iklim jang serasi guna dapat membangkitkan, memupuk dan membimbing swadaja masjarakat.

Pidato Pelantikan
Oleh
Promotor Prof. Dr. Mohammad Hatta

Hatta-Yasni 2Setelah Rektor Universitas Hasanuddin Letkol. Dr. Mohd. Natzir Said S.H menjatakan, bahwa thesis jang dikemukakan promovendus dalam dissertasinja dengan memuaskan diterima oleh Senat dan karena itu promovendus berhak memakai gelar Doctor dalam Ilmu Ekonomi sesuai dengan peraturan dan undang-undang pendidikan negara, maka Promotor mengutjapkan pidato pelantikan jang diikuti dengan chidmat oleh promovendus dan hadirin.

Promotor Prof. Dr. Mohammad Hatta berkata dalam pidato pelantikannja sebagai berikut:

,,Sdr. Zainul Jasni setelah menamatkan studinja pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia di Djakarta tahun 1959, telah bekerdja sebagai dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar. Selama bertahun-tahun Bunga Hattamenjadi dosen itu ia telah pula mendarma-baktikan tenaganja untuk membantu Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan dengan sekuat tenaganja dibidang pembangunan daerah jang memakan bahagian besar dari waktu dan kegiatannja untuk kepentingan daerah ini.

Dengan sendjata ilmu jang ada padanja, pengabdiannja itu telah memungkinnja untuk memberikan sumbangannja itu dengan tjara jang dapat dipertanggungdjawabkan dari sudut ekonomi. Ia melihat alam dan liku-liku kenjataan hidup di daerah Sulawesi Selatan. Pengalaman itu membawanja kepada field research bertahun-tahun dan dari research itu lahir dissertasinja jang berdjudul: ,,Ekonomi Swadaja”, suatu case study: Sulawesi Selatan. Research dan pengalamannja itu telah membawannja kepada kejakinan ekonomi, bahwa pada swadaja jang berkembang dan dibimbing, terletak pangkal tolak jang sehat bagi pembangunan. Dissertasinja itu telah dibelanja pada hari ini dan hasilnya telah memberikannja hak memakai gelar Doctor dalam Ilmu Ekonomi sesuai dengan undang-undang dan peraturan-peraturan negara jang berlaku.

Selandjutnja saja minta agar Dr. Zainul Jasni meneruskan pengabdiannja itu dimanapun ia berada dan hendaknja combine_imagessering pula menulis didalam atau diluar negeri, agar sari pengalaman dan pengetahuannja itu, jang langsung mengenai perbaikan nasib rakjat banjak, dapat kiranja dimanfaatkan untuk Negara dan Bangsa.

Dalam praktek dapat dirasakan perbedaan teori dan praktek. Ilmu Ekonomi mengupas masalahnja lepas dari ruang dan waktu. Dalam praktek dihadapi pengaruh ruang dan waktu itu jang tidak sedikit atas kongkritisasi dari pada kategori ekonomi. Disini sardjana ekonomi beladjar mengetahui batas-batas pelaksanaan teori ekonomi dalam praktek.

Bolehlah saja sekarang sebagai orang jang pertama memberi selamat kepada sdr. Dr. Zainul Jasni …….”.




The 8 Superbeing Major Chakras

The Hybrid Student – Gunawan Yasni (Muslim Ghafarrah)

1st Chakra – Red – The Kundalini Chakra, at the base of your Spine keeps you grounded in the physical world. It creates the necessary balance and stillness to succeed in your ambitions and dreams

2nd Chakra – Orange – Just beneath your Navel, this Chakra governs the release of sexual and emotional energy. It enables you to be in balance with your emotions, thus diffusing any build-up of anger

3rd Chakra – Yellow – Located in your Solar Plexus, this Chakra is the seat of your emotions. Its fire and sun energy is what drives your personal power

4th Chakra – Green – The Heart Chakra, is of vital importance. It circulates love, balance and compassion, and keeps your immune system strong and powerful

5th Chakra – Blue – The Throat Chakra, is tied to creativity and communication, expansion and excitement. You may even feel pressure in the throat when you’re not able to properly communicate your emotions

6th Chakra – Indigo – The Third Eye Chakra, keeps your psychic and clairvoyant abilities flowing. It is the Pineal Gland, which is like a physical eye with the capabilities of looking upward

7th Chakra – Violet – The Crown Chakra, this connects you with the higher realms. It governs thought, spiritual connection, understanding, knowing and bliss

8th Chakra – White – The energy centre of divine love, of spiritual compassion and spiritual selflessness. The energy centre that holds your karmic residue




Invesment In Islamic Human Resources

The Hybrid Student – Gunawan Yasni (Muslim Ghafarrah)

“A strong Muslim, is better and more beloved by Allah than a weak Muslim” (H.R. Bukhari Muslim).

DSC_0029The economic value of a nation is greatly determined by the quality of the individual citizens. Therefore, investment in human resources will determine the capacity and economic productivity of a nation. Investment in human resources will not only enable a Muslim to be a professional in his field, but as to be physically, mentally, and spiritually resilient to face all kinds of obstacles, whether in his work, or life in general. In the last several years, Muslim professionals, as well as other professionals, are actively seeking mental and spiritual enlightenment as an internal re-investment process in themselves to be more prepared to face all the obstacles. The method of mental and spiritual enlightenment is believed to able to improve physical and spiritual abilities so that physical as well as non-physical illnesses will be avoided.

In fact, a comprehensive investment in human resources can be done in modern Islamic schools through the teaching of physical knowledge, spiritual knowledge, and martial arts to produce healthy and resilient islamicDSC_0031 professionals. Islamic martial arts, when taught by the practitioner of Islamic Base Defensive Art (IBDA) has the benefit to increase mental/spiritual intelligence, physical fitness, and for healing purposes of physical and non-physical illnesses. Islamic martial arts may hold an important role in the continuing quest of investment in islamic human resources.

SELF PROCESSING-A PROCESS

“O you who believe! Endure and be more patient (than your enemy), and guard your territory by stationing army units permanently at the places from where the enemy can attack you, and fear Allah, so that you may be successful.” (Q.S. Ali-Imran : 200).

Self processing through learning of martial arts can be divided into 2 stages :

1. Physical Practice are practices of martial arts routines such as karate, taekwondo, and other martial arts, as a DSC_0048combination of isometric practice (to strengthen the tone of muscles, which will improve muscle strength and bone mineralization) and isotonic (to improve muscle flexibility, increase blood flow and develop blood vessel resiliency
2. Breathing Exercises and Inner Strength are the continuation of physical practice, where the students follow a method of breathing and more specific movements, coupled with dzikir (usually Asmaul Husn), to collect Illahiyah energy to be converted to bio-energy (inner strength). The result of this practice is having great inner strength as a defensive as well as healing power. Meditation and dzikir are one way to improve inner strength by collecting Illahiyah energy and improving spiritual intelligence, as a way to be closer to Allah SWT.

We can witness the case of the Japanese people, who sucessfully ‘forced’ their high school and university students to inherit the ‘bushido’ spirit of the Samurai, by practicing traditional Japanese martial arts such as Karate, Judo, and others, which results in the tremendous work ethics and productivity of the Japanese and turned them into an economic Super Power.

An illustration of Islamic martial arts can be seen in the hadits and the sayings of the Sahabat :
Of Ali r.a. upon fighting a feared and well known Quraisy fighter, Rasulullah SAW said of his resolve, “On this day (critical day) the embodiment of Iman will face the embodiment of Kafir; there are no swords but Dzulfikar and no Man but Ali”

Whereby Ali r.a. replies to Rasulullah SAW’s praise of his physical, mental, and spiritual toughness in the face of the DSC_0050Qufar. : “There is no knowledge that I hold, save the knowledge Rasulullah SAW have imparted to me.”

Martial arts and Islamic inner strength with Allah SWT blessing can be one of the steps following investment in islamic human resources, in order to produce professionals who are tough physically, mentally, and spiritually. They will be full of optimism, motivated, humble, and tawwakal to Allah SWT. With those quality of human resources, the nation can achieve better results, with more productivity and more resilience in facing the challenges of work and life.




The Origin Of The True Energy

The Hybrid Student – Gunawan Yasni (Muslim Ghafarrah)

“Allah telah menurunkan perkataan yang baik (Al Qur’an) yang serupa lagi berulang-ulang. Bergetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.” Q.S. Az Zumar (39) : 23.

IMG00158-20101223-1252Dalam Islamic Base Defensive Art (IBDA), kompilasi latihan-latihan dari Physical & Metaphysical Self Defence (Bela Diri Fisik dan Metafisik) ditujukan untuk selalu mengacu kepada ke-tauhid-an akan ke-esa-an Allah SWT sebagai sumber kebenaran sesungguhnya dengan memperhatikan cara-cara Rasulullah SAW berolah raga dan berolah jiwa dalam hidup sehatnya. Salah satu cara utamanya adalah melakukan sinkronisasi gerakan-gerakan tertentu sambil senantiasa mengingat Allah sebagaimana yang telah Allah katakan dalam Surah Az Zumar. Dengan demikian praktisi IBDA dapat mengharapkan keridhaan Allah SWT dan senantiasa berada dalam kekuatan yang benar-benar dari Allah SWT yaitu Al Kuwwah Al Ilaahiyah. Dalam Surah Az Zumar, Al Kuwwah Al Ilaahiyah berbentuk getaran yang mendorong kita mencapai kualitas energy positif yang lebih tinggi. Getarannya cenderung lembut, dengan frekwensi getaran yang sangat tinggi dan teratur, sehingga membuat hati/qolbu kita lembut dan kelembutan qolbu menghasilkan serta meneruskan frekwensi yang semakin lama semakin tinggi yang tidak saja bisa memancarkan gelombang panas, radio, elektromagnetik atau lainnya, namun juga gelombang cahaya yang dikenal manusia mempunyai frekwensi tertinggi yaitu 1014.

Ini artinya bahwa praktisi IBDA yang qolbunya lembut bisa menghasilkan frekwensi yang tinggi yang menghasilkan gelombang cahaya di qolbunya dan kompilasi latihan-latihan bela diri fisik dan metafisiknya akan membuat jiwanya dan tubuhnya mampu tergetarkan, bahkan terefleksikan dengan keluarnya cahaya atau aura yang jernih. Aura itu akan mempengaruhi orang-orang bahkan alam lingkungan sekitarnya. Diamnya praktisi IBDA yang shalih, ikhlas, jujur dan sabar semacam ini saja sudah dapat membawa ketenangan kepada orang-orang dan lingkungan sekitarnya, bayangkan apa yang bisa dia lakukan dengan kebijakannya, nasihatnya, bergeraknya, kekuatannya untuk membangun hal-hal yang baik dan terkadang menghancurkan hal-hal yang buruk terhadap orang-orang dan lingkungan sekitarnya. Praktisi IBDA bukan cuma sekedar martial artist atau seorang ahli bela diri tapi lebih sebagai sumber daya insani yang mampu menjadi pembuka bagi orang lain dan alam sekitarnya dalam memperoleh penyelarasan dan pemberdayaan dalam hidup untuk mencari Ridha Allah SWT. Kekuatan membangunnya akan lebih dominan dibandingkan kekuatan menghancurkannya sesuai dengan bilangan 99 sifat-sifat Allah SWT dalam skala kecil/manusiawi. Ia akan menjadi sumber daya insani yang mempunyai andil positif terhadap unsur-unsur di alam semesta secara makrokosmos menurut ilmu yang dimilikinya untuk menghasilkan kekuatan-kekuatan positif tertentu dengan juga mengolah unsur-unsur dalam dirinya secara mikrokosmos untuk menghasilkan kekuatan-kekuatan positif tertentu.

Seorang praktisi IBDA menyadari dan menghayati bahwa dalam kosmologi Islam, jiwanya adalah penghubung antara ruh di dalam qolbu dan badannya. Artinya jiwa adalah wadah untuk mentransformasikan energy menjadi bentuk dan rasa. Bahwa secara garis besar, alam semesta (makrokosmos) dan dirinya (mikrokosmos) adalah serupa. Jiwanya adalah penghubung antara ruh dalam qolbu dan alam jasmani. Melalui jiwa inilah Al Kuwwah Al Ilaahiyah masuk memperkuat dan memenangkan ruh praktisi IBDA yang senantiasa mensucikan jiwanya dengan mengingat Allah SWT, sebagaimana Allah berfirman; ”Demi jiwa dan penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungduhnya merugilah orang yang mengotorinya.” Q.S. Asy Syams (91) : 7-10.

Pendapat sufi Ibnu Arabi berikut ini lebih detil menggambarkan hubungan antara makrokosmos-mikrokosmos; ” Seluruh kosmos adalah diferensiasi Adam/manusia, sementara Adam merupakan buku yang sangat komprehensif. Dalam kaitannya dengan kosmos, dia seperti ruh dalam hubungannya dengan tubuh. Namun jika melihat kosmos sendirian tanpa manusia di dalamnya, maka seperti menemukan tubuh yang berbentuk tanpa ruh.”

Jiwa menjadi satu elemen yang menentukan kemenangan ruh manusia yang mengejawantah dalam tubuh (mikrokosmos) bahkan alam semesta (makrokosmos) yang dalam hal ini adalah manusia-manusia lain dan alam semesta di sekitarnya. Kunci menggerakkan jiwa yang suci adalah dengan senatiasa menghadirkan semangat yang ikhlas.

Ada satu phrase dalam bible yang cukup sering dikutip; “In the absence of light, darkness comes – Dalam ketiadaan cahaya, kegelapan datang.” Al Kuwwah Al Ilaahiyah adalah cahaya. Ketiadaan cahaya akan mengakibatkan Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah datang. Agar Al Kuwwah Al Ilaahiyah yang masuk memperkuat ruh praktisi IBDA, maka jiwanya harus senantiasa disucikan melalui kehadiran semangat yang ikhlas dengan melakukan latihan-latihan Bela Diri Fisik dan Metafisik.

Dalam latihan-latihan beladiri jepang atau cina kita mengenal simpul-simpul/pusat-pusat energy seperti hara, kime atau tan tien yang diupayakan dibersihkan agar jiwa dengan kehadiran semangat lebih mudah dalam menggerakkan tubuh untuk mengejawantahkan kekuatan-kekuatan tertentu. Begitu juga di dalam yoga, kita mengenal simpul/pusat energy kundalini yang dapat menghantar kepada kepribadian agung praktisinya. Perlu diingat bagi seorang praktisi beladiri atau yoga yang ingin menjadi praktisi IBDA, bahwa simpul-simpul/pusat-pusat energy tersebut hanyalah “interface” bagi jiwa untuk mengejawantahkan kekuatannya dengan kehadiran semangat. Tanpa tauhid yang benar, latihan-latihan beladiri atau yoga tersebut belum tentu membersihkan jiwa apalagi menguatkan ruh sebagaimana yang Allah sudah katakan dalam Surah Az Zumar sebelumnya, karena Allah mengilhamkan kepada jiwa itu 2 jalan yaitu kefasikan dan ketakwaan sebagaimana yang disampaikanNya dalam Surah Asy Syams. Berlatih beladiri atau yoga tanpa tauhid yang benar dengan senantiasa mengingat Allah SWT akan membuka simpul-simpul/pusat-pusat energy sebagai tempat masuknya energy selain Al Kuwwah Al Ilaahiyah.

Dengan IBDA diharapkan sumber daya insani terlatih untuk menjadi orang-orang yang senantiasa mengingat Allah dalam bernapas, diam atau bergeraknya dan senantiasa memikirkan kejadian penciptaan alam dan dirinya, sebagaimana petikan Surah Ali Imran (3) : 190-191 yang mengatakan:
”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.




The Hybrid Student – Gunawan Yasni

Muhammad Gunawan Yasni, SE.Ak., MM, CIFA, FIIS

IMG00101-20120429-1534Born on September 17, 1969, Gunawan Yasni is member of National Sharia Board – Indonesian Council of Ulemas (MUI) and member of sharia supervisory / advisory board in several financial institutions. He has actively promoted sharia venture capital and sharia commercial papers in relations to mutual fund, in his previous post at Bahana Group. Iwan is active as consultant and senior lecturer in economics and sharia finance for several financial institutions, as well as educational institutions (Post Graduate). He has Investment Manager, Underwriter & Broker-Dealer Licences.

He is also a frequently quoted source in national media, both print and broadcast, as well as a published writer of topics related to economics and sharia finance. Several print and broadcast medias which have published, interviewed and / or made him regular contributor include Harian Republika, Harian Bisnis Indonesia, Harian Investor, Majalah Modal, Majalah Swa, Majalah Az Zikra, Metro TV, SCTV, TVRI and others. He has been co host of Sharia Economics Dialogue TVRI as well as host of Spiritual CEO TV One and Spiritual Executive 1 Metro TV. He has also been in many local as well as international conferences and trainings as speakers as well as trainers.

Gunawan graduated in Accounting from University of Indonesia, and obtained his Master Degree (Magister Management) in Finance from Prasetiya Mulya. He also obtained certification as Certified Islamic Financial Analyst from the Graduate Program in Middle East and Islamic Studies, University of  Indonesia. At present, he is member of senior lecture staff at the same institution, where he teaches sharia economics and finance. His sharia bilingual pocket book titled Sharia Economics & Finance: A Short Treatise & Its Application has been published. His 2nd book is Ekonomi Sufistik. Sharia Investment is his 3rd book. His 4th book Brief Thought on Islamic Finance is a trilingual book (English-Indonesian-Arabic).He is a Fellow of Islamic Insurance Society (FIIS) and holder of Advanced Level (Level IV) Banking Risk Management Certification.

Lahir pada 17 September 1969, Gunawan Yasni adalah anggota Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan anggota Dewan Pengawas / Penasehat Syariah di beberapa lembaga keuangan. Aktif mempromosikan modal ventura syariah dan instrumen keuangan komersial syariah dalam kaitannya dengan reksa dana, pada saat bekerja di Bahana Group. Iwan aktif sebagai konsultan dan pengajar senior dalam ekonomi dan keuangan syariah untuk beberapa institusi keuangan, sebagaimana untuk institusi pendidikan (Pasca Sarjana). Memiliki izin Bapepam sebagai Investment Manager, Underwriter & Broker-Dealer.

Sering menjadi narasumber dalam media nasional, cetak maupun elektronik sebagaimana penulis yang cukup dikenal untuk topik-topik berkaitan dengan ekonomi dan keuangan syariah. Beberapa media cetak dan elektronik yang telah mempublikasikan, menginterview dan / atau menjadikannya kontributor tetap antara lain Harian Republika, Harian Bisnis Indonesia, Harian Investor, Majalah Modal, Majalah Swa, Majalah Az Zikra, Metro TV, SCTV, TVRI dan lainnya. Dia adalah co host untuk Dialog Ekonomi Syariah TVRI sebagaimana host untuk Spiritual CEO TV One dan Spiritual Executive 1 Metro TV. Dia adalah juga pembicara dan instruktur dalam banyak seminar dan pelatihan lokal maupun internasional.

Gunawan lulus dari Fakultas Ekonomi dan menyandang predikat Akuntan dari Universitas Indonesia, dan memperoleh gelar Magister Management Keuangan dari Prasetiya Mulya. Dia juga memiliki sertifikasi sebagai Certified Islamic Financial Analyst dari Pasca Sarjana Kajian Timur Tengah & Islam Universitas Indonesia. Dia adalah dosen senior di institusi yang sama, mengajar ekonomi dan keuangan syariah. Buku dua bahasanya (Indonesia & Inggris) berjudul Ekonomi dan Keuangan Syariah: Pemahaman Singkat dan Penerapan Ringkas sudah diterbitkan. Buku keduanya adalah Ekonomi Sufistik. Investasi Syariah adalah buku ketiganya. Buku keempatnya Pemikiran Ringkas Keuangan Islam adalah buku tiga bahasa (Inggris-Indonesia-Arab). Dia adalah seorang Fellow di Islamic Insurance Society (FIIS) dan pemegang Sertifikasi Level Lanjutan (Level IV) Manajemen Risiko Perbankan.