The 8 Superbeing Major Chakras

The Hybrid Student – Gunawan Yasni (Muslim Ghafarrah)

1st Chakra – Red – The Kundalini Chakra, at the base of your Spine keeps you grounded in the physical world. It creates the necessary balance and stillness to succeed in your ambitions and dreams

2nd Chakra – Orange – Just beneath your Navel, this Chakra governs the release of sexual and emotional energy. It enables you to be in balance with your emotions, thus diffusing any build-up of anger

3rd Chakra – Yellow – Located in your Solar Plexus, this Chakra is the seat of your emotions. Its fire and sun energy is what drives your personal power

4th Chakra – Green – The Heart Chakra, is of vital importance. It circulates love, balance and compassion, and keeps your immune system strong and powerful

5th Chakra – Blue – The Throat Chakra, is tied to creativity and communication, expansion and excitement. You may even feel pressure in the throat when you’re not able to properly communicate your emotions

6th Chakra – Indigo – The Third Eye Chakra, keeps your psychic and clairvoyant abilities flowing. It is the Pineal Gland, which is like a physical eye with the capabilities of looking upward

7th Chakra – Violet – The Crown Chakra, this connects you with the higher realms. It governs thought, spiritual connection, understanding, knowing and bliss

8th Chakra – White – The energy centre of divine love, of spiritual compassion and spiritual selflessness. The energy centre that holds your karmic residue




Invesment In Islamic Human Resources

The Hybrid Student – Gunawan Yasni (Muslim Ghafarrah)

“A strong Muslim, is better and more beloved by Allah than a weak Muslim” (H.R. Bukhari Muslim).

DSC_0029The economic value of a nation is greatly determined by the quality of the individual citizens. Therefore, investment in human resources will determine the capacity and economic productivity of a nation. Investment in human resources will not only enable a Muslim to be a professional in his field, but as to be physically, mentally, and spiritually resilient to face all kinds of obstacles, whether in his work, or life in general. In the last several years, Muslim professionals, as well as other professionals, are actively seeking mental and spiritual enlightenment as an internal re-investment process in themselves to be more prepared to face all the obstacles. The method of mental and spiritual enlightenment is believed to able to improve physical and spiritual abilities so that physical as well as non-physical illnesses will be avoided.

In fact, a comprehensive investment in human resources can be done in modern Islamic schools through the teaching of physical knowledge, spiritual knowledge, and martial arts to produce healthy and resilient islamicDSC_0031 professionals. Islamic martial arts, when taught by the practitioner of Islamic Base Defensive Art (IBDA) has the benefit to increase mental/spiritual intelligence, physical fitness, and for healing purposes of physical and non-physical illnesses. Islamic martial arts may hold an important role in the continuing quest of investment in islamic human resources.

SELF PROCESSING-A PROCESS

“O you who believe! Endure and be more patient (than your enemy), and guard your territory by stationing army units permanently at the places from where the enemy can attack you, and fear Allah, so that you may be successful.” (Q.S. Ali-Imran : 200).

Self processing through learning of martial arts can be divided into 2 stages :

1. Physical Practice are practices of martial arts routines such as karate, taekwondo, and other martial arts, as a DSC_0048combination of isometric practice (to strengthen the tone of muscles, which will improve muscle strength and bone mineralization) and isotonic (to improve muscle flexibility, increase blood flow and develop blood vessel resiliency
2. Breathing Exercises and Inner Strength are the continuation of physical practice, where the students follow a method of breathing and more specific movements, coupled with dzikir (usually Asmaul Husn), to collect Illahiyah energy to be converted to bio-energy (inner strength). The result of this practice is having great inner strength as a defensive as well as healing power. Meditation and dzikir are one way to improve inner strength by collecting Illahiyah energy and improving spiritual intelligence, as a way to be closer to Allah SWT.

We can witness the case of the Japanese people, who sucessfully ‘forced’ their high school and university students to inherit the ‘bushido’ spirit of the Samurai, by practicing traditional Japanese martial arts such as Karate, Judo, and others, which results in the tremendous work ethics and productivity of the Japanese and turned them into an economic Super Power.

An illustration of Islamic martial arts can be seen in the hadits and the sayings of the Sahabat :
Of Ali r.a. upon fighting a feared and well known Quraisy fighter, Rasulullah SAW said of his resolve, “On this day (critical day) the embodiment of Iman will face the embodiment of Kafir; there are no swords but Dzulfikar and no Man but Ali”

Whereby Ali r.a. replies to Rasulullah SAW’s praise of his physical, mental, and spiritual toughness in the face of the DSC_0050Qufar. : “There is no knowledge that I hold, save the knowledge Rasulullah SAW have imparted to me.”

Martial arts and Islamic inner strength with Allah SWT blessing can be one of the steps following investment in islamic human resources, in order to produce professionals who are tough physically, mentally, and spiritually. They will be full of optimism, motivated, humble, and tawwakal to Allah SWT. With those quality of human resources, the nation can achieve better results, with more productivity and more resilience in facing the challenges of work and life.




The Origin Of The True Energy

The Hybrid Student – Gunawan Yasni (Muslim Ghafarrah)

“Allah telah menurunkan perkataan yang baik (Al Qur’an) yang serupa lagi berulang-ulang. Bergetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.” Q.S. Az Zumar (39) : 23.

IMG00158-20101223-1252Dalam Islamic Base Defensive Art (IBDA), kompilasi latihan-latihan dari Physical & Metaphysical Self Defence (Bela Diri Fisik dan Metafisik) ditujukan untuk selalu mengacu kepada ke-tauhid-an akan ke-esa-an Allah SWT sebagai sumber kebenaran sesungguhnya dengan memperhatikan cara-cara Rasulullah SAW berolah raga dan berolah jiwa dalam hidup sehatnya. Salah satu cara utamanya adalah melakukan sinkronisasi gerakan-gerakan tertentu sambil senantiasa mengingat Allah sebagaimana yang telah Allah katakan dalam Surah Az Zumar. Dengan demikian praktisi IBDA dapat mengharapkan keridhaan Allah SWT dan senantiasa berada dalam kekuatan yang benar-benar dari Allah SWT yaitu Al Kuwwah Al Ilaahiyah. Dalam Surah Az Zumar, Al Kuwwah Al Ilaahiyah berbentuk getaran yang mendorong kita mencapai kualitas energy positif yang lebih tinggi. Getarannya cenderung lembut, dengan frekwensi getaran yang sangat tinggi dan teratur, sehingga membuat hati/qolbu kita lembut dan kelembutan qolbu menghasilkan serta meneruskan frekwensi yang semakin lama semakin tinggi yang tidak saja bisa memancarkan gelombang panas, radio, elektromagnetik atau lainnya, namun juga gelombang cahaya yang dikenal manusia mempunyai frekwensi tertinggi yaitu 1014.

Ini artinya bahwa praktisi IBDA yang qolbunya lembut bisa menghasilkan frekwensi yang tinggi yang menghasilkan gelombang cahaya di qolbunya dan kompilasi latihan-latihan bela diri fisik dan metafisiknya akan membuat jiwanya dan tubuhnya mampu tergetarkan, bahkan terefleksikan dengan keluarnya cahaya atau aura yang jernih. Aura itu akan mempengaruhi orang-orang bahkan alam lingkungan sekitarnya. Diamnya praktisi IBDA yang shalih, ikhlas, jujur dan sabar semacam ini saja sudah dapat membawa ketenangan kepada orang-orang dan lingkungan sekitarnya, bayangkan apa yang bisa dia lakukan dengan kebijakannya, nasihatnya, bergeraknya, kekuatannya untuk membangun hal-hal yang baik dan terkadang menghancurkan hal-hal yang buruk terhadap orang-orang dan lingkungan sekitarnya. Praktisi IBDA bukan cuma sekedar martial artist atau seorang ahli bela diri tapi lebih sebagai sumber daya insani yang mampu menjadi pembuka bagi orang lain dan alam sekitarnya dalam memperoleh penyelarasan dan pemberdayaan dalam hidup untuk mencari Ridha Allah SWT. Kekuatan membangunnya akan lebih dominan dibandingkan kekuatan menghancurkannya sesuai dengan bilangan 99 sifat-sifat Allah SWT dalam skala kecil/manusiawi. Ia akan menjadi sumber daya insani yang mempunyai andil positif terhadap unsur-unsur di alam semesta secara makrokosmos menurut ilmu yang dimilikinya untuk menghasilkan kekuatan-kekuatan positif tertentu dengan juga mengolah unsur-unsur dalam dirinya secara mikrokosmos untuk menghasilkan kekuatan-kekuatan positif tertentu.

Seorang praktisi IBDA menyadari dan menghayati bahwa dalam kosmologi Islam, jiwanya adalah penghubung antara ruh di dalam qolbu dan badannya. Artinya jiwa adalah wadah untuk mentransformasikan energy menjadi bentuk dan rasa. Bahwa secara garis besar, alam semesta (makrokosmos) dan dirinya (mikrokosmos) adalah serupa. Jiwanya adalah penghubung antara ruh dalam qolbu dan alam jasmani. Melalui jiwa inilah Al Kuwwah Al Ilaahiyah masuk memperkuat dan memenangkan ruh praktisi IBDA yang senantiasa mensucikan jiwanya dengan mengingat Allah SWT, sebagaimana Allah berfirman; ”Demi jiwa dan penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungduhnya merugilah orang yang mengotorinya.” Q.S. Asy Syams (91) : 7-10.

Pendapat sufi Ibnu Arabi berikut ini lebih detil menggambarkan hubungan antara makrokosmos-mikrokosmos; ” Seluruh kosmos adalah diferensiasi Adam/manusia, sementara Adam merupakan buku yang sangat komprehensif. Dalam kaitannya dengan kosmos, dia seperti ruh dalam hubungannya dengan tubuh. Namun jika melihat kosmos sendirian tanpa manusia di dalamnya, maka seperti menemukan tubuh yang berbentuk tanpa ruh.”

Jiwa menjadi satu elemen yang menentukan kemenangan ruh manusia yang mengejawantah dalam tubuh (mikrokosmos) bahkan alam semesta (makrokosmos) yang dalam hal ini adalah manusia-manusia lain dan alam semesta di sekitarnya. Kunci menggerakkan jiwa yang suci adalah dengan senatiasa menghadirkan semangat yang ikhlas.

Ada satu phrase dalam bible yang cukup sering dikutip; “In the absence of light, darkness comes – Dalam ketiadaan cahaya, kegelapan datang.” Al Kuwwah Al Ilaahiyah adalah cahaya. Ketiadaan cahaya akan mengakibatkan Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah datang. Agar Al Kuwwah Al Ilaahiyah yang masuk memperkuat ruh praktisi IBDA, maka jiwanya harus senantiasa disucikan melalui kehadiran semangat yang ikhlas dengan melakukan latihan-latihan Bela Diri Fisik dan Metafisik.

Dalam latihan-latihan beladiri jepang atau cina kita mengenal simpul-simpul/pusat-pusat energy seperti hara, kime atau tan tien yang diupayakan dibersihkan agar jiwa dengan kehadiran semangat lebih mudah dalam menggerakkan tubuh untuk mengejawantahkan kekuatan-kekuatan tertentu. Begitu juga di dalam yoga, kita mengenal simpul/pusat energy kundalini yang dapat menghantar kepada kepribadian agung praktisinya. Perlu diingat bagi seorang praktisi beladiri atau yoga yang ingin menjadi praktisi IBDA, bahwa simpul-simpul/pusat-pusat energy tersebut hanyalah “interface” bagi jiwa untuk mengejawantahkan kekuatannya dengan kehadiran semangat. Tanpa tauhid yang benar, latihan-latihan beladiri atau yoga tersebut belum tentu membersihkan jiwa apalagi menguatkan ruh sebagaimana yang Allah sudah katakan dalam Surah Az Zumar sebelumnya, karena Allah mengilhamkan kepada jiwa itu 2 jalan yaitu kefasikan dan ketakwaan sebagaimana yang disampaikanNya dalam Surah Asy Syams. Berlatih beladiri atau yoga tanpa tauhid yang benar dengan senantiasa mengingat Allah SWT akan membuka simpul-simpul/pusat-pusat energy sebagai tempat masuknya energy selain Al Kuwwah Al Ilaahiyah.

Dengan IBDA diharapkan sumber daya insani terlatih untuk menjadi orang-orang yang senantiasa mengingat Allah dalam bernapas, diam atau bergeraknya dan senantiasa memikirkan kejadian penciptaan alam dan dirinya, sebagaimana petikan Surah Ali Imran (3) : 190-191 yang mengatakan:
”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.




The Hybrid Student – Gunawan Yasni

Muhammad Gunawan Yasni, SE.Ak., MM, CIFA, FIIS

IMG00101-20120429-1534Born on September 17, 1969, Gunawan Yasni is member of National Sharia Board – Indonesian Council of Ulemas (MUI) and member of sharia supervisory / advisory board in several financial institutions. He has actively promoted sharia venture capital and sharia commercial papers in relations to mutual fund, in his previous post at Bahana Group. Iwan is active as consultant and senior lecturer in economics and sharia finance for several financial institutions, as well as educational institutions (Post Graduate). He has Investment Manager, Underwriter & Broker-Dealer Licences.

He is also a frequently quoted source in national media, both print and broadcast, as well as a published writer of topics related to economics and sharia finance. Several print and broadcast medias which have published, interviewed and / or made him regular contributor include Harian Republika, Harian Bisnis Indonesia, Harian Investor, Majalah Modal, Majalah Swa, Majalah Az Zikra, Metro TV, SCTV, TVRI and others. He has been co host of Sharia Economics Dialogue TVRI as well as host of Spiritual CEO TV One and Spiritual Executive 1 Metro TV. He has also been in many local as well as international conferences and trainings as speakers as well as trainers.

Gunawan graduated in Accounting from University of Indonesia, and obtained his Master Degree (Magister Management) in Finance from Prasetiya Mulya. He also obtained certification as Certified Islamic Financial Analyst from the Graduate Program in Middle East and Islamic Studies, University of  Indonesia. At present, he is member of senior lecture staff at the same institution, where he teaches sharia economics and finance. His sharia bilingual pocket book titled Sharia Economics & Finance: A Short Treatise & Its Application has been published. His 2nd book is Ekonomi Sufistik. Sharia Investment is his 3rd book. His 4th book Brief Thought on Islamic Finance is a trilingual book (English-Indonesian-Arabic).He is a Fellow of Islamic Insurance Society (FIIS) and holder of Advanced Level (Level IV) Banking Risk Management Certification.

Lahir pada 17 September 1969, Gunawan Yasni adalah anggota Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan anggota Dewan Pengawas / Penasehat Syariah di beberapa lembaga keuangan. Aktif mempromosikan modal ventura syariah dan instrumen keuangan komersial syariah dalam kaitannya dengan reksa dana, pada saat bekerja di Bahana Group. Iwan aktif sebagai konsultan dan pengajar senior dalam ekonomi dan keuangan syariah untuk beberapa institusi keuangan, sebagaimana untuk institusi pendidikan (Pasca Sarjana). Memiliki izin Bapepam sebagai Investment Manager, Underwriter & Broker-Dealer.

Sering menjadi narasumber dalam media nasional, cetak maupun elektronik sebagaimana penulis yang cukup dikenal untuk topik-topik berkaitan dengan ekonomi dan keuangan syariah. Beberapa media cetak dan elektronik yang telah mempublikasikan, menginterview dan / atau menjadikannya kontributor tetap antara lain Harian Republika, Harian Bisnis Indonesia, Harian Investor, Majalah Modal, Majalah Swa, Majalah Az Zikra, Metro TV, SCTV, TVRI dan lainnya. Dia adalah co host untuk Dialog Ekonomi Syariah TVRI sebagaimana host untuk Spiritual CEO TV One dan Spiritual Executive 1 Metro TV. Dia adalah juga pembicara dan instruktur dalam banyak seminar dan pelatihan lokal maupun internasional.

Gunawan lulus dari Fakultas Ekonomi dan menyandang predikat Akuntan dari Universitas Indonesia, dan memperoleh gelar Magister Management Keuangan dari Prasetiya Mulya. Dia juga memiliki sertifikasi sebagai Certified Islamic Financial Analyst dari Pasca Sarjana Kajian Timur Tengah & Islam Universitas Indonesia. Dia adalah dosen senior di institusi yang sama, mengajar ekonomi dan keuangan syariah. Buku dua bahasanya (Indonesia & Inggris) berjudul Ekonomi dan Keuangan Syariah: Pemahaman Singkat dan Penerapan Ringkas sudah diterbitkan. Buku keduanya adalah Ekonomi Sufistik. Investasi Syariah adalah buku ketiganya. Buku keempatnya Pemikiran Ringkas Keuangan Islam adalah buku tiga bahasa (Inggris-Indonesia-Arab). Dia adalah seorang Fellow di Islamic Insurance Society (FIIS) dan pemegang Sertifikasi Level Lanjutan (Level IV) Manajemen Risiko Perbankan.




Membangun Sumber Daya Insani atau SDI – 2

The Hybrid Student – Gunawan Yasni (Muslim Ghafarrah)

Islamic Base Defensive Art (IBDA) adalah kompilasi dari Physical & Metaphysical Self Defence (Bela Diri Fisik dan Metafisik) yang mengacu kepada ke-tauhid-an akan ke-esa-an Allah SWT sebagai sumber kebenaran sesungguhnya dengan memperhatikan cara-cara Rasulullah SAW berolah raga dan berolah jiwa dalam hidup sehatnya. Dalam mempelajari IBDA untuk memperkuat fisik, mental dan spiritualnya dengan latihan-latihan fisik dan metafisik tertentu dengan mengharap keridhaan Allah SWT, kita mengenal kekuatan yang benar-benar dari Allah SWT yaitu Al Kuwwah Al Ilaahiyah dan kekuatan lain pada saat kita lupa mengingat Allah yaitu Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah. Dengan IBDA, yang kita coba dapatkan dengan keridhaan Allah SWT adalah tentu Al Kuwwah Al Ilaahiyah sehingga dalam latihan untuk meningkatkan kekuatan fisik, mental dan spiritual, jelas kita harus senantiasa mengingat Allah SWT – Tuhan Semesta Alam karena besar kemungkinan pada saat berlatih dan kita lupa mengingat Allah, maka yang kita peroleh adalah Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah. Ada satu phrase dalam bible yang cukup sering dikutip; “In the absence of light, darkness comes – Dalam ketiadaan cahaya, kegelapan dating.” Al Kuwwah Al Ilaahiyah adalah cahaya. Ketiadaan cahaya akan mengakibatkan Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah datang.

Dalam kebijakan ekonomi dan keuangan, banyak contoh-contoh di mana kekuatan ekonomi & keuangan dibangun dari Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah. Setiap kebijakan yang dibuat tanpa mempertimbangan Al Qur’an dan As Sunnah, bahkan dengan jelas-jelas sengaja mengimplementasikan yang bertentangan dengan keduanya semisal kebijakan berbasis riba, maka itu adalah kekuatan ekonomi dan keuangan yang berbasis Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah yang dijamin Allah akan dihancurkan pada waktunya. Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah telah mengakibatkan tidak diberkahinya rizqy sebagian besar dari kita karena diperoleh dari cara-cara yang mengandalkan Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah seperti korupsi, pemerasan, membuat susah orang lain dan sebagainya. Perkembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia dapat dipandang sebagai Al Kuwwah Al Ilaahiyah yang mulai memberantas Al Kuwwah Asy Syaithaaniyah dalam ekonomi dan keuangan.

Bagaimana dengan manusianya sebagai pelaku? Setiap praktisi IBDA menyadari bahwa kekuatan untuk mengejawantahkan kebaikan apapun di muka dunia ini untuk kebaikan di akhirat harus dimulai dari dirinya sendiri dengan perkataan yang kita kenal dalam bahasa syariah ”IBDA bi nafsik” – mulai dari dirimu sendiri.

Untuk itulah IBDA dibutuhkan sebagai satu metode peningkatan seni pertahanan diri atas sumber daya insani yang ditujukan tidak hanya membuat seorang itu menjadi profesional pada bidang kerjanya tapi juga secara fisik, mental dan spiritual kuat menghadapi segala macam tantangan, baik yang timbul dari bidang kerjanya maupun hidupnya secara keseluruhan. Dengan IBDA diharapkan sumber daya insani terlatih untuk menjadi orang-orang yang senantiasa mengingat Allah dalam bernapas, diam atau bergeraknya dan senantiasa memikirkan kejadian penciptaan alam dan dirinya, sebagaimana petikan Surah Ali Imran (3) : 190-191 yang mengatakan:
”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Para praktisi IBDA adalah orang-orang yang senantiasa beramal shalih dan untuk orang-orang yang beramal shaleh dalam Surah An Nahl (16) : 97 Allah menjanjikan:
”Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” Dengan demikian, bukan tidak mungkin orang-orang yang berlatih IBDA suatu saat menjadi bagian dari orang-orang shalih yang diberi karamah oleh Allah SWT karena keridhaanNya.

Dalam sejarah, cikal bakal praktisi IBDA yang utama bisa digambarkan dengan dialog-dialog sebagai berikut:

Saat Ali bin Abi Thalib r.a. menjelang duel menghadapi 100 pendekar Quraisy yang ditakuti, Rasulullah SAW bersabda memuji keimanan dan keberanian Ali, “ Hari inilah (hari yang menentukan) sosok keimanan seutuhnya berhadapan dengan sosok kekafiran yang sempurna; tidak ada pedang melainkan dzulfiqar dan tidak ada laki-laki kecuali Ali.”

Rasulullah SAW bersabda membanggakan Ali, “Akulah kota ilmu dan Ali adalah pintunya, barang siapa bersungguh-sungguh mencari ilmuku, seyogyanya datang lewat pintunya.” Sabdanya lagi, “Ya Ali, wahai Ali, kedudukanmu terhadapku seperti kedudukan Harun dengan Musa, hanya saja tidak ada Nabi sesudahku.”

Menjelang bulan-bulan terakhir hidup Rasulullah SAW berwasiat di hadapan ribuan kaum muslimin, “Barang siapa yang selama ini aku adalah walinya, maka kini Ali adalah walinya.” Kemudian dilanjutkan dengan do’anya yang maqbul, “Yaa Allah, jadilah Engkau wali atas siapa saja yang berwali kepada Ali dan jadilah Engkau musuh bagi siapa yang memusuhi Ali.”

Adapun perkataan-perkataan Ali r.a. tentang Rasulullah SAW:

“Aku, tak ubahnya seperti anak onta yang tidak bisa sejenakpun berpisah dengan induknya.”

“Tiadalah aku memiliki ilmu tentang segala sesuatu, kecuali setelah Rasulullah SAW mengajarkannya padaku.”

IBDA dikembangkan dengan banyak meneladani Rasulullaah SAW dan murid langsungnya yaitu Ali r.a. yang juga adalah menantunya, karena sebagai bagian langsung dari keluarga Rasulullah SAW, banyak sekali cerita-cerita detil mengenai kehidupannya terutama dalam olah raga dan olah jiwanya.

Penggambaran IBDA sebagai cabang ilmu rasanya cukup pantas meneladani perkataan Ali r.a. :

“Ilmu adalah kekuatan. Barang siapa mendapatkannya, dia akan menyerang dengannya, dan barang siapa yang tidak mendapatkannya, dialah yang akan diserang olehnya.”